Puncta 06.03.22 || Minggu Prapaskah I || Lukas 4 :1-13

 

Begawan Ciptaning

ARJUNA melakukan tapabrata dalam Gua Mintaraga di Gunung Indrakila. Ia mengganti nama menjadi Begawan Ciptaning.

Ia digoda oleh tujuh bidadari cantik dari Kahyangan. Dengan kemolekannya mereka mencoba menggagalkan niat Sang Begawan. Namun mereka tidak berhasil dan dihukum menjadi tujuh warna pelangi.

Godaan kedua datang seorang tua renta jelmaan Batara Indra. Ia menguji batin Ciptaning dengan pertanyaan, “Apa gunanya tapa brata jika hanya mencari keindahan dunia, sekedar mencari kebutuhan pribadi dan keluarga?”

Ciptaning menjawab, “Tapa brataku bukan untuk mencari keindahan dunia, tetapi untuk mengukuhkan darmaku sebagai ksatria yang harus membela kebenaran. Aku bertapa bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi mencari jalan kebenaran di tengah masyarakat.”

Godaan ketiga adalah “Celeng” atau babi hutan jelmaan raksasa Mamang Murka. Celeng itu dapat dibunuh oleh dua ksatria yang juga mau mengganggu Arjuna.

Dua ksatria itu takhluk di hadapan Arjuna, dan mereka menjelma menjadi Batara Guru dan Batara Narada. Arjuna atau Begawan Ciptaning diberi hadiah panah Pasopati.

Pasopati berarti paso dan pati. Paso atau phasu artinya hewan. Pati artinya mati. Jadi Pasopati bermakna nafsu hewani yang telah mati di dalam jiwa manusia.

Dengan Pasopati, Arjuna berhasil mengalahkan angkara murka dan menegakkan kebenaran di dunia sebagai ksatria.

Setelah dibaptis, Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Selama empatpuluh hari Dia berpuasa dan dicobai iblis.

Godaan pertama berupa kenikmatan inderawi. Soal makan minum kebutuhan dasar manusia.

Godaan kedua soal kekuasaan. Iblis berkata, “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu.”

Godaan ketiga soal prestasi, harga diri. Namun semua godaan itu ditolak tegas oleh Yesus.

“Hanya kepada Allah saja, engkau harus berbakti.”

Setelah mengalahkan iblis, Yesus berkarya mewartakan kebenaran Kerajaan Allah di dunia.

Masa Prapaskah ini bisa juga diartikan sebagai masa bertapa. Ada banyak godaan yang berusaha menggagalkan puasa kita.

Namun jika kita teguh seperti Yesus, kita akan mempunyai daya untuk mengalahkan nafsu-nafsu duniawi.

Mari kita setia mengikuti Yesus, Guru dan Junjungan kita.

Kalau kamu jalan-jalan ke Mandalika,
Jangan lupa mengajak saya sama dia.
Ada banyak godaan menghadang kita.
Jangan terkecoh bujuk rayuan manisnya.

Cawas, rayuan menggoda….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 05.03.22 || Sabtu Sesudah Rabu Abu || Lukas 5: 27-32

 

Kupu-Kupu Malam

WAKTU masih menjadi frater, saya pernah dipanggil Romo Rektor karena sering pergi ke Stasiun Tugu pada waktu malam. Saya tidak sendirian, tetapi bersama dengan frater dari tingkat lain.

Waktu itu intinya saya dicurigai bertindak indisiplin dan suka keluyuran. Romo Rektor bertanya, “Ngapain kamu bergaul dengan mereka?”

“Kami dapat tugas observasi untuk mata kuliah teologi sosial, Romo. Kelompok kami memilih kaum marginal yang terpinggirkan yakni WTS dan perempuan malam.” Saya menjelaskan.

Kami sering keliling ke tempat-tempat mereka mangkal. Ada tempat-tempat tertentu yang dipakai untuk transaksi mereka.

Saya kunjungi tempat-tempat mangkal mereka itu sekadar bisa ngobrol dengan mereka. Sekarang tempat-tempat itu sudah bersih semua karena penataan kawasan.

Saya malah bisa cerita banyak kepada Romo Rektor, “Kasihan kehidupan mereka itu. Sepanjang malam nongkrong, kadang ada yang mengajak, kadang sepi tak ada penghasilan. Kalau yang ajak lelaki dompet tebal kadang dibawa ke hotel di sekitar Tugu. Kalau cuma dompet tipis ya hanya di gubug pinggir rel.”

“Kamu tergoda gak dengan mereka, cantik-cantik kan?” Romo Rektor memancing saya.

Saya pernah ditanya salah satu dari mereka. “Mas ini ganteng lho gak kepingin? Mau gak? Nanti tak service gratis deh.”

Saya menolak dengan halus, jangan menyinggung perasaannya. Jangan sampai dia tahu kalau saya mahasiswa yang lagi observasi, mereka akan lari. Rugi ngladeni orang ngobrol tidak ada duitnya.

“Mas-e impoten ya kok gak tertarik?” Matanya berkedip sambil menyulut rokoknya.

Saya mendapat pelajaran banyak dari mereka. Kalau belum menyelami kehidupan mereka, kita sering menghakimi dan memberi cap negatif.

Kita mudah menggolongkan mereka sebagai orang bejat, kotor, berdosa, harus dijauhi.

Saya jadi ingat lagu “Kupu-Kupu Malam” yang dinyanyikan Titiek Puspa. The Mercy’s juga menulis lagu “Kisah Seorang Pramuria.”

Dalam Injil hari ini, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut melihat Yesus makan bersama Lewi dan para pemungut cukai.

“Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Yesus dengan tegas berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

Yesus bergaul dan hidup dengan mereka. Ia mengerti dan menghargai Lewi dan teman-temannya. Ia menerima mereka dan membawa ke jalan yang benar.

Yesus datang untuk pertobatan. Ia mengubah orang sakit menjadi sembuh, orang berdosa jadi bertobat.

Lewi bersyukur karena dia diselamatkan oleh Yesus. Ia meninggalkan meja cukai dan mengikuti Yesus. Ia menjadi manusia baru.

Yesus juga memanggil kita. Masa Prapaskah ini adalah masa Tuhan mengajak kita membangun pertobatan.

Mari kita meninggalkan menu dosa yang ada di atas meja kita, dan makan dari meja perjamuan Tuhan.

Bunga anggrek ditanam di dekat mawar,
Tumbuh bersama di lahan yang sempit.
Kalau kita menganggap diri paling benar.
Bisa jadi kitalah orang yang sedang sakit.

Cawas, marilah berbenah….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 04.03.22 || Jumat Sesudah Rabu Abu, Hari Pantang || Matius 9: 14-15

 

Prapaskah dan Nyepi

KEMARIN umat Hindu Bali merayakan Hari Raya Nyepi. Hari Raya Nyepi merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan Kalender Saka.

Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi yang hingar bingar, perayaan ini dimulai dengan menyepi. Tidak ada kegiatan apa pun, karena semua orang melakukan “catur brata” yaitu amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan.

Amati geni berarti tidak menyalakan api atau lampu selama 24 jam. Amati karya berarti tidak melakukan aktivitas kerja. Semua orang tinggal di dalam rumah.

Amati lelungan berarti tidak bepergian. Bandara Ngurah Rai tidak ada aktivitas selama Nyepi. Amati lelanguan artinya tidak menikmati hiburan. Tidak ada bunyi musik atau tetabuhan. Hari itu sunyi senyap. Dunia terasa mati.

Setiap agama punya tradisi puasa. Dalam Islam ada bulan Ramadhan. Di Katolik ada masa Prapaskah, masa pertobatan.

Dalam tradisi Jawa juga ada macam-macam puasa yang bisa dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan kita, misalnya puasa ngebleng, puasa ngrowod, puasa mutih, puasa pati geni.

Ada juga istilah “tapa ngrame.” Tradisi itu dimaksudkan untuk menyucikan diri, membersihkan dari segala nafsu dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Dalam tradisi Yahudi juga ada waktu puasa. Maka murid-murid Yohanes menanyakan kepada Yesus, mengapa murid-murid-Mu tidak berpuasa.

Bagi Yesus puasa tidak hanya sebuah ritual demi melakukan aturan agama. Puasa adalah saat dimana ada jarak antara manusia dengan Allah.

“Dapatkah sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka,dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Saat mempelai yakni Yesus tidak bersama mereka, itulah waktu untuk berpuasa.

Puasa adalah masa pengharapan akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

Puasa itu tidak hanya tidak makan minum, tetapi puasa juga bisa dilakukan dengan beramal kasih dan banyak berdoa.

Seperti umat Hindu, membuka tahun baru dengan “Nyepi,” mereka berusaha menyucikan diri pribadi dan alam semesta.

Kalau kita menghargai alam, pasti semesta juga akan memberi berkah pada kita.

Segala sesuatu yang diawali dengan niat baik, suci, bersih, maka hasilnya juga akan baik.

Kita juga berharap puasa kita tidak hanya rutinitas tahunan belaka. Tetapi sungguh-sungguh membawa perubahan dari dalam.

Ada pertobatan batin yang mewujud dalam tindakan kebaikan bersama.

Semoga puasa kita tidak hanya untuk pertobatan diri, tetapi juga berguna bagi kehidupan sesama. Aksi Puasa Pembangunan menjadi bermakna sosial.

Naik sampan menyusuri sungai,
Berhenti sejenak di sebuah dermaga.
Puasa bikin hati menjadi damai,
Makin mengasihi Tuhan dan sesama.

Cawas, mawas diri sendiri….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 03.03.22 || Kamis Sesudah Rabu Abu || Lukas 9: 22-25

 

Kisah Heroik Sousa Mendes

PADA 19 Oktober 2021 silam Pemerintah Portugal memberi penghormatan resmi kepada Aristides de Sousa Mendes, diplomat Portugal yang menyelamatkan ribuan orang Yahudi dari pengejaran dan pembantaian Nazi di Perancis.

“Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri dan keluarganya, dia rela mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan ribuan orang Yahudi di Bordeaux (Perancis) agar bisa melarikan diri dari serbuan Nazi,” ungkap Chanan Tigay dalam tulisannya di Smithsonian Magazine.

Menjelang PD II banyak orang Yahudi keluar dari Jerman dan mengungsi di Perancis. Sousa Mendes tergerak untuk menolong mereka yang terancam nyawanya.

Ia minta ijin ke Diktator Salazar namun ditolak. “Resucados Vistos” artinya visa ditolak.

Namun suara hatinya berkata ia harus menyelamatkan mereka. Maka tanpa ijin atasannya, dia menandatangani ribuan visa bagi Kaum Yahudi agar bisa masuk Portugal.

Ia dikejar waktu karena tentara Nazi mulai memasuki Perancis. Kalau tidak cepat-cepat dia bisa dibunuh Nazi karena melindungi buronan.

Kalau menolong, dia bisa kehilangan jabatan dan dikucilkan oleh diktator Antonio de Oliveira Salazar.

“Saya akan mengeluarkan visa kepada siapa saja yang memintanya.” katanya. “bahkan jika saya diberhentikan, saya hanya bisa bertindak sebagai seorang Kristen, seperti yang dikatakan hati nurani saya, untuk membebaskan semuanya demi kemanusiaan”.

Ia juga membantu membuatkan visa di kota Bayonne, perbatasan Spanyol dan Portugal. Ia buka gerbang perbatasan bagi para pengungsi.

Ia tidak menyayangkan nyawanya. Ada 20.000-an pengungsi dari perbatasan Spanyol masuk ke Portugal.

Ia dikucilkan rezim Salazar karena sering melanggar perintah. Jasanya tidak dikenang. Dia dicopot dari jabatannya sebagai diplomat.

Baru Oktober 2021 kemarin Sousa Mendes diberi penghormatan resmi oleh pemerintah.
Karena jasanya puluhan ribu orang diselamatkan.

Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”

Berani memikul salib dan tidak menyayangkan jiwanya sendiri itulah syarat orang yang mau menjadi murid Kristus.

Tuntutan itu sangat berat. Memang demikianlah jika orang mau mengikuti Kristus.

Dalam situasi yang berbeda, kita kadang juga harus menghadapi masalah yang berat antara memilih Kristus dan kemanusiaan atau nasib diri sendiri.

Disitulah letaknya kita menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Kristus.

Apalah artinya memperoleh seluruh dunia, jika itu membinasakan dan merugikan diri kita?

Lebih baik berani kehilangan tetapi bisa menyelamatkan.

Datang berobat kepada tabib,
Karena sering merasa sembelit.
Mari kita berani memikul salib,
Tanda kita taat sebagai murid.

Cawas, menyangkal diri…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr