by editor | Apr 9, 2022 | Renungan
Skizofrenia Paranoid
KEPULANGAN Don Chrisostomo Ibarra ke Filipina membuat cemas para penguasa gereja dan penjajah. Pater Damasio, pimpinan agama Katolik merasa kawatir dan berusaha keras menjebloskan Ibarra karena mengancam dominasi kekuasaan gereja.
Begitu besar kuasa gereja sampai pemerintah, walikota, polisi dan sekolah tunduk kepadanya. Ibarra sangat prihatin melihat rakyat dijajah oleh gereja dan negara.
Jalan yang dipilih Ibarra adalah mendidik anak-anak agar terbuka wawasannya. Ia ingin mendirikan sekolah setelah tahu kondisi sekolah yang dikuasai Pater Damasio.
Ia mendengar penjelasan seorang guru sekolah yang menceritakan bahwa anak-anak hanya mendapat pendidikan agama yang tidak banyak berguna – menghafalkan doa-doa dan ayat-ayat Kitab Suci dalam bahasa Latin yang tidak mereka mengerti, dilarang mempelajari bahasa Spanyol atau pelajaran lainnya.
Semua dikontrol oleh gereja. Rakyat dibodohi dan ditakut-takuti. Siapa yang menentang atau melawan agama akan masuk neraka.
Perjuangan Ibarra jelas melawan kuasa gereja dan pemerintah. Hal ini menimbulkan ketakutan berlebihan dalam diri Pater Damasio.
Maka dia berusaha menyingkirkan Ibarra. Ia menyebarkan berita bahwa Ibarra memimpin pemberontakan melawan penjajah. Ibarra dikejar dan diburu untuk dibunuh.
Cerita tadi adalah sebagian dari Novel Noli Me Tangere.
Kehadiran Yesus juga membawa kecemasan bagi pemimpin agama Bangsa Yahudi. Mereka takut rakyat akan percaya dan mengikuti Yesus.
Mereka mengadakan sidang Mahkamah Agama. Mereka mengungkapkan kekawatirannya bahwa Yesus akan menarik semua orang mengikuti-Nya.
Kayafas, seorang Imam Besar memainkan politik kambing hitam.
“Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.”
Sejak saat itu mereka berusaha untuk membunuh Yesus.
Ketakutan membuat seseorang menjadi agresif. Itu yang dialami anggota Mahkamah Agama dan kaum Farisi.
Pernahkah anda mengalami ketakutan? Rasa takut itu makin lama makin bertambah. Rasanya seperti ada yang mau membuntuti, mencelakai, mengancam keselamatan kita.
Inilah gejala gangguan Skizofrenia Paranoid.
Para anggota Mahkamah Agama itu menganggap kehadiran Yesus mengancam dan mengganggu kenyamanan mereka.
Mereka menganggap keselamatan seluruh bangsa terusik. Maka Yesus harus dikurbankan.
Apakah kita suka mencari kambing hitam dalam menyelesaikan suatu masalah yang mengancam hidup kita? Suka menyalahkan dan mengorbankan orang lain demi amannya sendiri?
Pergi ke Pasar Klewer membeli kain,
Untuk Paskahan kita bikin seragam.
Mari kita lihat kebaikan orang lain,
Jangan suka mencari kambing hitam.
Cawas, positif thinking saja….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Apr 7, 2022 | Renungan
Syekh Siti Jenar
SALAH satu ajaran yang kontroversial dari Syekh Siti Jenar di zaman para wali adalah konsep Manunggaling Kawula Gusti atau bersatunya hamba (manusia) sebagai ciptaan dengan Tuhan.
Syekh Siti Jenar punya banyak pengikut, salah satunya adalah Ki Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging yang punya murid bernama Joko Tingkir.
“Menyembah Allah dengan bersujud beserta ruku’-nya, pada dasarnya sama dengan Allah, baik yang menyembah maupun yang disembah. Dengan demikian, hambalah yang berkuasa, dan yang menghukum pun hamba juga.” (Ngabei Ranggasutrasna, dkk, Centhini: Tambangraras Amongraga, Jilid I, 1991:120-123).
Konsep ini dianggap menyimpang terlalu jauh dari ajaran agama. Dalam forum sidang, Syekh Siti Jenar dituduh telah menganggap dirinya sama dengan Tuhan.
Karena melenceng jauh dari ajaran agama, Syekh Siti Jenar dan para pengikutnya bisa diancam hukuman mati.
Dalam ajarannya ini, para pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan.
Arti dari Manunggaling Kawula Gusti bukan bercampurnya Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah bersatu dengan Tuhannya.
Dalam ajarannya pula, Manunggaling Kawula Gusti bermakna bahwa di dalam diri manusia terdapat roh yang berasal dari roh Tuhan sesuai dengan ayat Kitab Suci yang menerangkan tentang kisah penciptaan manusia.
Pada saat mati roh itu akan bersatu dengan Roh Tuhan. Disitulah terjadinya manunggaling kawula Gusti.
Yesus diancam akan dibunuh dengan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi karena dianggap menghujat Allah dengan menyamakan diri-Nya dengan Allah.
Yesus berkata, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?”
Jawab mereka, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.”
Konsep itu tidak bisa dipahami oleh kaum Yahudi. Kendati Yesus menjelaskan, “Jika Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya pada-Ku. Tetapi jika Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”
Hati mereka mengeras bagai batu dan tidak mau mengerti penjelasan-Nya. Mereka berusaha membunuh-Nya.
Namun di kalangan murid Yohanes ajaran Yesus diterima. Mereka lebih terbuka dan percaya. “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.
Ada pro dan kontra tentang ajaran Yesus. Ada yang menolak, tetapi tidak sedikit yang percaya.
Jika anda termasuk yang percaya, apa alasan yang mendasari kepercayaan anda pada Yesus? Iman harus bisa dipertanggungjawabkan.
Di kebun ada mawar merah,
Mekar berseri sepanjang masa.
Yesus adalah Anak Allah,
Kasih-Nya bukti nyata bagi kita.
Cawas, Kasih-Nya luar biasa….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Apr 7, 2022 | Renungan
Pendusta
BELUM lama muncul pesan di WA, “Nomor anda mendapat hadiah kejutan 100jt. Silahkan hubungi admin dengan nomor ini.”
Ada banyak cara orang menipu. Paling marak ada di dunia medsos. Kalau kita tidak hati-hati, kita bisa terjebak pada praktek-praktek penipuan seperti ini.
Orang menawarkan investasi menggiurkan, ternyata bodong. Yang lagi heboh main trading, setelah diselidiki ternyata ada unsur perjudian. Afiliatornya sedang diburu oleh polisi.
Mereka berjuluk sultan atau the crazy rich from Medan, Bandung, Malang, Denpasar dan lain-lain.
Mereka memamerkan harta kekayaan, ternyata semua direkayasa. Banyak orang yang tergiur oleh iming-iming cepat kaya.
Memasukkan investasi, ikut trading dan akibatnya rugi ratusan juta. Duitnya lenyap seketika.
Tidak ada yang instan. Semua usaha harus melalui proses, bahkan jatuh bangun.
Sekali orang berdusta, segala kebenarannya akan diragukan, tidak akan dipercaya.
Yesus berkata, “Jikalau Aku memuliakan Diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Bapa kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu.”
Banyak orang memuliakan dirinya sendiri dengan memamerkan kekayaannya. Kita tidak tahu bahwa itu semua adalah dusta, kebohongan dan penipuan.
Mereka yang sungguh-sungguh kaya malah tidak menonjolkan kekayaannya. Biasanya orang hebat justru rendah hati, seadanya, hidup secara wajar-wajar saja.
Begitu juga dengan orang yang mengenal Allah. Semakin dekat dan kenal Allah semakin rendah hati, makin “mentes” hidupnya, bukan soal duniawi tetapi makin mengasihi dan berguna bagi sesamanya.
Orang yang suka pamer kesucian, gembar-gembor sok tahu tentang Allah, teriak-teriak jualan surga bisa jadi mereka itu seperti para sultan yang sedang mencari follower untuk keuntungan pribadinya.
Jika yang dikejar bukan Kerajaan Allah, kita semua sudah tahu sendiri hasilnya seperti apa.
Hati-hatilah, jangan mendustai Allah, merasa paling tahu tentang hukum-hukum Allah.
Dusta pada harta kekayaan, maka harta juga yang akan menyengsarakannya. Dusta pada kekuasaan, kekuasaan juga yang akan menjatuhkannya.
Jangan pernah berdusta pada Allah, karena Dia yang berkuasa atas kehidupan kita.
Yesus sungguh mengenal Allah, karenanya Dia melaksanakan kehendak Allah.
“Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.”
Sungguhkah kita mengenal Allah? Jangan-jangan hanya tahu sedikit saja sudah berani mengklaim mengenal Dia. Sekali lagi jangan mencoba mendustai Allah.
Manchester United bernama Setan Merah,
Kalau The Citizens itu Manchester City.
Mereka yang sungguh mengenal Allah,
Hidup penuh welas asih dan rendah hati.
Cawas, makin merendahkan diri….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Apr 6, 2022 | Renungan
Tahu Kupat Dompleng
KALAU kita pergi ke Magelang, dari arah Jogja melewati kota kecil Blabak. Setelah lampu traffic light ada warung tahu kupat namanya “Dompleng.”
Istilah dompleng artinya “nunut” atau ikut numpang. Saya tidak tahu apakah penjual tahu kupat itu dulunya hanya numpang di situ.
Walaupun hanya numpang di situ, tetapi tahu kupat itu punya citarasa yang enak, punya ciri khas tersendiri.
Kualitasnya bukan karena numpang, tetapi punya sejarah sendiri.
Kebanyakan kalau kita numpang atau nunut, kita hanya dompleng nama besar yang kita ikuti.
Ada tokoh terkenal, entah artis, olahragawan, politikus hebat, gubernur, atau presiden. Kita suka minta foto bersamanya.
Kita numpang populer, biar dianggap sebagai orang dekat, tokoh penting dan ikut tenar.
Sesudah foto dengan tokoh hebat, hidup kita kembali menjadi biasa saja. Tidak ada dampak apa pun atau meniru sikap dan popularitas tokoh tadi.
Hanya untuk pamer kesombongan pernah foto bersama orang hebat dan top.
Diskusi Yesus dengan orang-orang Yahudi berkisar tentang “dompleng atau numpang.”
Kaum Yahudi menganggap diri sebagai keturunan Abraham. Tetapi mereka itu hanya mengaku diri saja.
Mereka hanya numpang nama besar Abraham. Cara hidup mereka tidak menunjukkan keturunan Abraham.
Yesus berkata, “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham.”
Jadi mereka itu hanya numpang nama besar Bapa Abraham. Mengaku sebagai keturunan Abraham, tetapi tidak meniru pekerjaan Abraham.
Orang yang menumpang berarti dia itu hamba bukan anak. Maka Yesus membuat analog; “hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.”
Maka kesimpulannya, jika kita mengaku sebagai anak, semestinya kita mengasihi Yesus karena Dia berasal dari Bapa.
Kalau mereka menolak Yesus berarti mereka itu hamba yang dompleng saja di rumah Bapa. Mereka tidak mengenal Yesus yang datang dari Bapa.
Dalam permenungan ini kita bisa menilai diri kita sendiri. Kita ini hamba atau anak?
Kita ini hanya dompleng, numpang saja atau kita tinggal tetap di rumah Bapa?
Kalau kita ini anak, harusnya kita percaya pada Yesus dan mengikuti teladan-Nya.
Jangan-jangan kita hanya numpang seperti benalu dalam hidup kita sebagai orang Kristen, mencari aman tinggal dompleng dalam Gereja, mencari makan dan menggerogoti tubuh Gereja.
Silahkan direnungkan sendiri-sendiri.
Banyak makan cabai merah,
makanya terkena radang usus.
Kalau kita sebagai anak Allah,
Wajib mengikuti teladan Yesus.
Cawas, tinggal tetap bersama-Nya….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Apr 4, 2022 | Renungan
Membaca Firasat
BEBERAPA orang mempunyai kepekaan membaca atau melihat tanda-tanda. Mereka mampu menterjemahkan kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Firasat itu adalah sebuah gambaran tentang apa yang akan terjadi. Ada gelagat atau tanda yang akan menimpa seseorang.
Ada orang yang mempunyai kecakapan mengetahui sesuatu dengan melihat perilaku, kejadian, peristiwa atau gerak tubuh, tutur kata seseorang. Alam punya cara untuk berbicara dengan kita.
Masyarakat di lereng Merapi misalnya, paham kalau binatang-binatang turun gunung dan lari ke kampung, menjadi tanda bahwa “Mbah Merapi akan batuk.”
Gunung Merapi akan mengeluarkan lahar atau meletus. Warga harus bersiap-siap.
Ada orangtua yang sakit lama. Ia berperilaku selalu membuang semua pakaian yang dikenakan. Kata-katanya selalu ingin pulang ke rumah. Ia ingin ketemu dengan orang-orang yang sudah meninggal.
Perilaku seperti ini bisa sebuah firasat atau gelagat tentang apa yang akan terjadi.
Beberapa dari keluarga ada yang peka. Mereka datang minta romo memberi sakramen minyak suci.
Setelah didoakan dan menerima sakramen, orang yang sakit itu tenang. Beberapa hari kemudian meninggal dalam damai. Ia berpulang ke rumah Bapa di surga.
Sabda Yesus itu seperti sebuah firasat. Ia berkata kepada orang banyak, “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.”
Orang Yahudi tidak peka akan kata-kata-Nya. Mereka tidak paham dengan sabda-Nya.
“Apakah Dia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya; Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?”
Orang Yahudi tidak mampu menangkap kata-kata Yesus. Sampai-sampai Yesus berkata, ”Apalah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu.”
Daya tangkap intuisi mereka tidak sampai. Apalagi ketika Dia berbicara tentang Bapa-Nya. Mereka tidak mengerti dan tidak peka.
Ia datang dari Bapa. Ia melaksanakan kehendak Bapa. Pekerjaan-pekerjaan Yesus itu berasal dari Bapa-Nya.
Dia diutus oleh Bapa. sebagai Utusan, Dia senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Kalau orang memiliki intuisi atau kepekaan nurani, ia dapat menangkap pesan yang dibawa oleh Yesus.
Seperti para penjaga yang berkata, “Belum pernah seorang manusia berkata seperti itu.”
Para penjaga itu bisa melihat gelagat, merasa ada firasat bahwa kata-kata dan tindakan Yesus itu bukan sekedar dari manusia.
Mari kita mengasah kepekaan hati nurani agar mampu membaca rencana dan kehendak Allah bagi kita.
Dengan demikian kita bisa menyelaraskan sikap, tindakan dan tutur kata dengan sikap Allah sendiri.
Senam sehat pada hari Jum’at.
Lanjut ke warung beli soto babat.
Kalau kita peka membaca firasat,
Kita akan melakukan tindakan tepat.
Cawas, menempa kepekaan hati….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr