Puncta 16.04.19 Yohanes 13:21-33.36-38 “Tu Quoque, Brute, Fili Mi”

SEBELUM Julius Caesar menghembuskan nafas terakhir, ia berkata kepada Brutus, “Tu quoque, Brute, fili mi ( Engkau juga Brutus, anakku! ). Brutus adalah pengkhianat. Padahal ia telah dianggap seperti anaknya sendiri oleh Julius Caesar. Ia memimpin para senator Romawi untuk melakukan kudeta.

Waktu itu Caesar diminta menandatangani petisi palsu yang dibuat para senator. Mereka meminta Caesar mengembalikan mandat kekuasaan kepada para senator. Melihat akal bulus mereka, Markus Antonius mengingatkan Caesar untuk tidak hadir di forum majelis senat.

Tetapi Brutus berhasil membujuk Caesar. Saat Caesar membaca petisi “akal-akalan” di podium. Ia ditusuk dari belakang. Ia tersungkur dan ditikam oleh belati Brutus. Sebelum menutup mata, Caesar masih sempat melihat Brutus memegang belati bersimbah darah. Caesar sempat berujar, “Engkau juga Brutus, anakku, ikut bersama dengan para pengkhianat ini”.

Bacaan Injil hari ini menceritakan bagaimana Yesus meramalkan kematianNya. Ia tahu bahwa ada orang yang akan berkhianat dari antara murid-muridNya sendiri. Dalam sebuah perjamuan Paskah bersama dengan murid-murdNya, Ia membuka rahasia itu, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku”.

Suasana menjadi mencekam. Mereka saling berpandangan tidak percaya. Maka Petrus meminta kepada murid yang dikasihi Yesus untuk bertanya, siapakah orang itu? Maka Yesus berterus terang, “Dia adalah orang, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya”. Dialah Yudas Iskariot.

Musuh yang paling berbahaya bukan orang lain, tetapi justru teman sendiri. Ia tersembunyi dan tak bisa diduga sebelumnya. Hati-hati sahabat bisa menikam dari belakang. Walaupun Yesus tahu siapa pengkhianatNya, Ia tetap konsisten mengasihi murid-muridNya. Ia tidak panik. Ia tidak marah.

Apalagi gebrak-gebrak meja! Yesus tetap fokus pada kehendak BapaNya. Bapa mengasihi manusia tanpa batas. Begitu juga Yesus mengasihi kita sampai pada akhirnya. Terimakasih Tuhan atas kasihMu yang sungguh besar. Dengan apakah aku bisa membalasnya?

Ke Gedongsongo jalannya naik
Kalau turun kita ke Semarang
Sungguh beruntung punya sahabat baik
Hati-hati bisa menikam dari belakang

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 15.04.19 Yohanes 12:1-11 Beda Persepsi

KETIKA kami turun dari Candi Gedongsongo, rombongan kami berhenti untuk beristirahat dengan duduk-duduk di jembatan kecil. Jalanan itu adalah jalur kuda yang naik-turun membawa penumpang yang tidak mampu berjalan kaki. Sedang kami menghilangkan letih, tiba-tiba ada serombongan kuda lewat.

Salah satu kuda itu berhenti persis di depan kami dan membuang kotoran. Sambil mengumpat, “Kuda sialan, buang kotoran aja kok persis di sini” kami menghindar lari. Bau kotoran itu menyengat, menyebar kemana-mana.

Namun ada seorang bapak, nampaknya dia seorang petani di situ, lewat sambil berguman mengucap syukur, “Makasih Da, Kuda, kotoranmu bikin tanah di sini subur”. Ia melempar kotoran kuda itu ke ladang di dekat situ.

Bagi kami orang kota, kotoran kuda itu bau dan menjijikkan. Tetapi bagi pak tani, kotoran kuda itu pupuk alami yang sangat berguna untuk menyuburkan tanah. Beda cara pandangnya!

Bacaan Injil hari ini menggambarkan bagaimana satu peristiwa dilihat secara berbeda. Maria saudara Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus, meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal. Ia melakukan itu untuk menghormati Yesus dan berterimakasih kepadaNya karena telah membangkitkan saudaranya.

Namun bagi Yudas Iskariot, tindakan itu dinilai memboroskan dan menghambur-hamburkan uang saja. Minyak narwastu itu bisa dijual seharga tigaratus dinar! Upah pekerja sehari adalah satu dinar. Minyak wangi itu setara gaji pekerja selama hampir setahun! Bagi Yudas, uang sebanyak itu bisa dibagikan kepada orang-orang miskin.

Namun kata-kata Yudas itu hanya kamuflase saja. Pikirannya bukan tertuju kepada orang miskin. Tetapi uang sebanyak itu bisa dikorupsi. Keterangan dibalik ungkapan itu harus kita baca: “Hal itu dikatakannya bukan karena ia memerhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya”.

Maria meminyaki kaki Yesus karena ia mengetahui saat kematian Yesus sudah dekat. Ia menunjukkan cinta baktinya kepada Tuhan. Bagi Tuhan kita tidak boleh perhitungan. Memberi kolekte saja kita pelit. Tetapi kalau membeli pulsa HP diprioritaskan. Kita bisa belajar dari Maria yang murah hati karena Tuhan juga telah murah hati.

Pramuka harus pandai tali temali
Suatu saat berguna untuk menangkap pencuri
Memberi dengan murah hati
Akan dibalas dengan kasih yang tak pernah berhenti

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 14.04.19 MINGGU PALMA Lukas 22:14 – 23:56 Kisah Sengsara

SEORANG bapak guru agama Sekolah Dasar ditanya oleh muridnya, “Pak Guru, waktu Tuhan Yesus disalib, ada dua orang penjahat yang disalib bersamaNya. Siapakah nama-nama mereka itu? Di dalam Injil kok tidak ditulis nama mereka?”

Bapak guru itu kebingungan menjawab pertanyaan kritis muridnya itu. Penginjil tidak menulis nama dengan maksud supaya pembacanya masuk ikut terlibat di dalamnya.

Para pembaca bisa memasukkan nama siapapun supaya peristiwa Yesus tetap bisa aktual sampai sekarang. Kita bisa memposisikan peran apa di dalam kisah hidup Yesus itu. Kita bisa memilih dalam posisi hidup kita sekarang, apakah kita sebagai penjahat yang bertobat kepada Yesus atau penjahat yang menghojatNya.

Contoh lain dalam kisah dua murid yang pulang ke Emaus. Dua murid itu, yang satu bernama Kleofas, yang satunya noname. Yang noname ini bisa dimasukin nama siapapun. Kita pembaca diberi kesempatan ikut berperan dalam peristiwa Yesus.

Minggu ini adalah minggu Palma. Kita mendengarkan kisah panjang sengsara Yesus. Kisah itu dimulai dari seorang perempuan yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal.

Kisah sengsara diakhiri oleh seorang yang mencucukkan bunga karang, mencelupkan ke dalam anggur dan memberi Yesus minum. Mereka itu noname, tanpa nama. Bisa diisi nama siapapun dari kita.

Dalam kisah sengsara ini, ada begitu banyak peran. Kita boleh memilih mau menjadi apa dalam kisah ini. Mau berperan sebagai algojo, serdadu? Atau si decision maker seperti Pontius Pilatus?

Wanita-wanita yang menangisi penderitaanNya? Atau sahabat-sahabat Yesus yang hanya menonton dari kejauhan? Atau meniru Ibu Maria yang setia mengikuti sampai akhir?

Pekan suci ini mengajak kita merenungkan puncak iman kita yakni sengsara, wafat dan kebangkitanNya. Kita diajak memasuki retret agung, Allah yang mengasihi kita tanpa batas. Ia memberikan Anak TunggalNya sebagai tebusan dosa-dosa kita. Semestinya kita sangat bersyukur mengalami begitu besar kasih Allah.

Di pertengahan minggu ini, kita juga diajak terlibat dalam pesta demokrasi. Tidak secara kebetulan peristiwa pesta demokrasi seiring dengan pekan suci. Anak Tukang kayu dari Nasaret mengurbankan diri untuk menyelamatkan kita. Kita juga punya anak tukang kayu yang telah bekerja keras membawa bangsa kita menjadi bangsa yang maju dan bertumbuh dengan baik.

Apakah kita masih ragu dan bimbang? Sebagaimana penginjil mengundang kita mengambil peran dalam kisah sengsara, tentukan pilihan anda untuk membuat Indonesia ke depan menjadi apa.

Siang hari langit berkabut
Tanda sore mau turun hujan
Jangan sampai anda GOLPUT
Nomor satu tentukan pilihan

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 13.04.19 Yohanes 11:45-56 Kambing Hitam

ILAH kambing hitam muncul dalam tradisi kitab Imamat 16, tentang kambing jantan untuk penghapusan dosa.

Kambing yang satu dikurbankan bagi Tuhan dan yang satunya dilepaskan demi penghapusan dosa-dosa Israel.

Kata ini lebih berfungsi sebagai metafora, yang merujuk kepada seseorang yang dipersalahkan untuk suatu kemalangan, biasanya sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari sebab-sebab yang sesungguhnya.

Misalnya orang Yahudi yang dijadikan kambing hitam oleh pemerintah Jerman Nazi untuk krisis ekonomi dan politik saat itu.

Andres Escobar dikambinghitamkan sebagai penyebab kekalahan Tim sepakbola Kolombia karena gol bunuh dirinya.

Dia ditembak mati setelah menginjakkan kaki di lapangan terbang Kolombia.

Dalam istilah kita sering disebut “tumbal”. orang atau hewan dibunuh untuk “tumbal” demi terjadinya keselarasan sosial yang telah rusak.

Rene Girard menyebut Yesus menjadi “kambing hitam” agar seluruh bangsa diselamatkan. Ketika terjadi konflik di masyarakat, seorang ditetapkan sebagai penyebab masalah.

Ia diusir atau dibunuh oleh kelompok masyarakat. Orang inilah dikambinghitamkan dan dengan demikian tatanan sosial kembali harmoni.

Dalam Injil hari ini, orang-orang Yahudi terancam oleh kehadiran Yesus. “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjijat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepadaNya, lalu orang-orang Roma akan datang, dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita” menghadapi konflik sosial itu, Imam Agung Kayafas memberi solusi dengan pola “kambing hitam”.

Ia berkata, “Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh banagsa kita ini binasa”. Lebih baik Yesus dikurbankan, dijadikan tumbal atau dikambinghitamkan.

Pola kambing hitam itu sebenarnya sudah ada sejak manusia pertama. Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, mereka tidak mau dipersalahkan.

Adam melemparkan kesalahan kepada Hawa, istrinya. Hawa juga tidak mau dipersalahkan. Ia mengkambinghitamkan ular yang menggodanya. Ular tak bisa berkutik.

Manusia mempunyai kecenderungan melemparkan kesalahan. Kita juga mempunyai pola itu; melemparkan kesalahan atau tanggungjawab.

Kita “cuci tangan” dari masalah yang dihadapi. Yesus dijadikan tumbal atau kambing hitam agar seluruh dosa kita dihapus oleh Allah.

Kalau hidung pilek jangan disumpeli
Bersihkan saja dengan kapas pas pas pas
Dengan darahNya Yesus berkorban diri
Dosa kita dihapusNya sampai tuntas tas tas tas

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 12.04.19 Yohanes 10:31-42 Integritas

SESEORANG dikatakan bertindak sebagai ksatria kalau yang dikatakan sesuai dengan yang dilakukan. Satunya kata dan perbuatan itulah integritas.

Pengertian integritas adalah nilai kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten dan utuh, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik.

Seseorang dianggap berintegritas ketika ia memiliki kepribadian dan karakter seperti; Jujur dan dapat dipercaya, memiliki komitmen, bertanggung jawab, menepati ucapannya, setia, menghargai waktu, memiliki prinsip dan nilai-nilai hidup. Munafik adalah sikap yang berlawanan dengan nilai integritas seseorang.

Yesus menunjukkan integritasNya saat berkata kepada orang-orang Farisi, “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah kamu percaya kepadaKu. Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa ada dalam Aku dan Aku ada di dalam Bapa”

Apa yang diajarkan Yesus berasal dari Bapa. Begitu juga apa yang dikerjakan Yesus adalah karena melaksanakan kehendak BapaNya. Maka Yesus dan Bapa adalah satu. Para penjaga pernah berkata, “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu”.

Artinya sabda Yesus itu menunjukkan wibawa Allah. Apa yang dinubuatkan Yohanes Pembaptis tentang Yesus adalah benar. Kesaksian-kesaksian itu mau mewarkatan bahwa kata dan tindakan Yesus berasal dari Allah. Hal itu bisa dipercaya.

Orang yang mempunyai integritas akan dilawan oleh mereka yang bersikap munafik. Orang munafik takut terhadap orang jujur, konsisten, teguh pendirian dan berkomitmen.

Orang-orang Farisi yang munafik itu tahu ada hal-hal yang baik dibuat Yesus, tetapi mereka tidak menerima Yesus menyamakan diriNya dengan Allah.

Semestinya, jika tidak mau mengakui Yesus berasal dari Allah, paling tidak mereka percaya akan pekerjaan-pekerjaan baik yang dilakukanNya.

Misalnya, menyembuhkan orang sakit, mengampuni dosa, membangkitkan orang mati adalah karya Yesus yang menunjukkan hadirnya Allah.

Namun orang Farisi sudah tertutup mata hatinya. Mereka tidak percaya. Kebencian menutupi mata hati mereka sehingga hal-hal baik pun tidak mampu membuat mereka terbuka.

Bunga pisang namanya tuntut
Lampu remang-remang namanya redup
Kalau hati sudah tertutup
Kebaikan pun hanya dianggap kentut

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr