by editor | Apr 17, 2020 | Renungan
TIGA KALI para Pandawa mengirim utusan untuk minta dikembalikannya Kerajaan Indraprasta ke tangan mereka. Namun Kurawa bersikukuh tidak mau mengembalikannya.
Yang pertama menjadi utusan adalah Kunti, ibu para Pandawa. Pandawa berpikir, karena seorang ibu, Kunti pasti dihormati oleh Kurawa. Namun ternyata sebaliknya. Kurawa mencemooh dan menolak Kunti.
Posisi Kunti sebagai seorang wanita tidak diakui. Suara Kunti tidak didengarkan oleh Kurawa. Mereka menganggap urusan politik adalah urusan laki-laki. Suara perempuan tidak ada gunanya. Kunti ditolak mentah-mentah oleh Kurawa.
Utusan kedua, Prabu Drupada juga gagal. Duta ketiga adalah Prabu Kresna. Semua gagal dan perang Baratayuda tak terhindarkan.
Dalam bacaan Injil hari ini menggambarkan bahwa posisi perempuan itu lemah. Suara mereka tidak dipercaya. Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena.
Lalu Yesus menyuruh Maria untuk memberitahukan kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus. Tetapi ketika mereka mendengar cerita Maria bahwa Yesus hidup, mereka tidak percaya.
Perempuan dalam tradisi Yahudi tidak diperhitungkan. Kita masih ingat di perikope yang lain, waktu Yesus menggandakan roti. Berapa orang yang ikut makan? Limaribu orang laki-laki. Perempuan tidak dihitung.
Hal itu menunjukkan bahwa posisi perempuan sangat lemah, tidak diperhitungkan. Begitu juga dalam perikope ini. Maria Magdalena adalah orang pertama yang dijumpai Yesus yang bangkit. Tetapi omongannya tidak dipercaya oleh murid-murid lain. Yang notabene adalah laki-laki.
Akhirnya Yesus menampakkan diri kepada mereka. Yesus mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.
Memang kaum laki-laki lebih banyak berpikir pakai otaknya. Harus ada penjelasan logis dan bisa dicerna otak. Baru mereka akan percaya. Perempuan lebih instinctif menggunakan perasaan dan hati.
Namun tugas penting di sini disampaikan oleh Yesus, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Tuhan menggunakan aneka cara agar mereka percaya bahwa Dia hidup dan mengutus murid-murid menjadi duta.
Baik laki-laki maupun perempuan sama diutus menjadi duta. Kita diutus menjadi saksi kebaikan Tuhan. Mari kita wartakan….
Pagi-pagi berjemur di mentari.
Lihat rumput hijau tumbuh subur.
Kita semua dipanggil menjadi saksi.
Mewartakan kasih Allah mahaluhur.
Cawas, wouw……
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 16, 2020 | Renungan
FILM berjudul “Manjhi, The Mountain Man” diambil dari kisah nyata seorang pria tua bernama Dasrath Manjhi. Ia membelah gunung seorang diri selama 22 tahun.
Waktu itu ia membawa istrinya, Falguni ke rumah sakit. Ia harus menempuh jarak 70 km dari Gehlaur ke Wazirgang. Karena jarak yang jauh itu istrinya tak terselamatkan. Ia bertekad menembus gunung.
Orang desa menyebut dia gila. Ia butuh waktu 22 tahun untuk memperpendak jarak dari desanya ke rumah sakit.
Setelah gunung itu terbelah, orang-orang desa hanya menempuh jalan satu kilometer menuju rumah sakit. Itu semua berkat seorang tua Dasrath Manjhi yang berani berpikir out of the box.
Para murid kembali ke pekerjaan awal mereka menjadi nelayan. “Aku pergi menangkap ikan,” kata Petrus. “kami pergi juga dengan engkau.” Kata mereka.
Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Hampir tiga tahun mereka mengikuti Yesus pergi kemana-mana. Tidak pernah menangkap ikan lagi.
Kini mereka kembali menjadi nelayan. Mungkin mereka sudah tidak terampil seperti dulu lagi. Mereka memakai cara-cara lama yang sudah usang dan hasilnya nonsense.
Yesus menampakkan diri di pinggir pantai. Yesus membawa cara baru yang berbeda dengan kebiasaan lama. “”Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.”
Orang menebarkan jala pada umumnya ke sebelah kiri. Sekarang Yesus menyuruh mereka menebarkan jala ke sebelah kanan. Itulah model Think Out of The Box. Keluar dari tradisi lama. Berani meninggalkan kebiasaan lama.
Atau kalau lebih nyaman menebarkan jala ke kiri, perahunyalah yang harus dibalikkan arahnya. Arah perahunya diubah dari posisi lama ke posisi yang baru. Yang penting berani berubah.
Ketika mereka berani mengubah cara/tradisi maka mereka berhasil. Paskah berarti berani berubah, bertransformasi. Bagaimana kita bisa mempunyai cara pikir out of the box?
Pertama, berhentilah menyalahkan, tetapi berani ambil tanggungjawab. Umumnya orang hanya pandai menyalahkan situasi. Kedua, berhentilah selalu komplain, mengeluh, tetapi cari cara menyelesaikannya. Kita ini dikit-dikit ngeluh, protes, cuma demo-demo di jalan.
Ketiga, berhenti mempertahankan diri, defensif, tetapi mulailah proaktif. Bertahan berarti tidak berani keluar dari zona nyaman.
Keempat, buka wawasan baru dan kembangkan rasa ingin tahu. Jangan hanya berpikiran sempit, hanya untuk diri sendiri. Mari jadilah umat Katolik yang transformatif…
Memasak lodeh dengan terong ungu.
Ditambah daun melinjo dan santan.
Berpikirlah dengan cara yang baru.
Agar tidak ketinggalan zaman.
Cawas, belajar masak sendiri….
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 15, 2020 | Renungan
KISAH kursi hijau di Seminari; pada awal penerimaan jubah di seminari, semua frater sangat senang. Baru pertama kali memakai jubah putih.
Seorang frater malam-malam menggantung jubahnya di balik pintu. Lampu dimatikan mau tidur. Ketika terbangun mau ke kamar mandi, ia membuka mata dan kaget.
Ada putih-putih berdiri di pintu. Ia “kucek-kucek” matanya, benda itu tidak hilang. Ia mulai ketakutan. Ia membuat tanda salib dan berdoa Bapa Kami. Tidak hilang juga. Ia melihat benda putih itu tidak menapak di tanah.
Hantu dalam pikirnya. Makin gemetaran. Ia berdoa lebih khusuk lagi. Mulai keringat dingin bercucuran. Hantu itu tak mau pergi. Mau menyalakan lampu takut, karena saklar listrik ada di dekat sang hantu.
Karena gugup dan bingung, ia mengambil sandal dan melemparkannya ke arah hantu itu. “Glodhag…” suara sandal mengenai pintu. Ia baru tersadar hantu putih itu ternyata jubahnya sendiri yang tergantung di balik pintu. Ia tergeletak di tempat tidur lagi. Hhallaahhhh….
Dengan berbagai cara Yesus membuktikan diri-Nya bahwa Ia bangkit dan hidup. Cerita-cerita penampakan itu masih seperti dongeng belaka bagi mereka. Ketika Yesus hadir di tengah-tengah mereka, mereka tidak percaya.
Yesus berkata, “Damai sejahtera bagimu.” Mereka terkejut dan takut, karena mengangka bahwa mereka melihat hantu. Mereka masih ragu-ragu.
Maka Yesus minta kepada mereka untuk meraba tangan dan kaki-Nya. Hantu tidak punya tulang dan daging. Mereka tercengang, tidak percaya.
Mereka belum yakin. Yesus minta makanan.mereka memberi ikan goreng. Ia memakan-Nya di depan mata mereka. Hantu tidak akan makan ikan atau roti. Hantu makan bunga tujuh warna.
Dengan berbagai cara Yesus membuktikan bahwa Ia hidup. Para murid pelan-pelan menjadi sadar bahwa Yesus Tuhan mengalahkan kematian. Ia sungguh bangkit.
Yesus memberi tugas kepada mereka untuk memberi kesaksian. “Dalam Nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalan saksi dari semuanya ini.”
Marilah kita jadi saksi warta sukacita Paskah ini. Dengan cara dan kapasitas kita masing-masing. Kita bisa membawa kegembiraan dan sukacita kepada semua orang.
Apalagi dalam situasi pandemi korona ini, kita harus mampu membawa harapan dan kegembiraan kepada semua orang. Mari kita wartakan….
Pagi-pagi melihat sawah
Di ufuk timur matahari bersinar terang
Kita wartakan sukacita Paskah
Beri harapan dan sukacita bagi semua orang
Cawas, property disiapkan….
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 15, 2020 | Renungan
KITA semua kenal dengan RA Kartini. Dia berkorespondensi dengan sahabat-sahabatnya di Belanda. Setelah wafat, surat-surat itu dikumpulkan menjadi buku yang berjudul “Door Duisternis tot Licht” yang arti harafiahnya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.
Oleh Penerbit Empat Saudara, judulnya diganti menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang.” Surat-surat Kartini itu berkisah tentang harapan, cita-cita dan keinginan Kartini agar kaum perempuan di Hindia Belanda mendapat hak yang sama dengan laki-laki.
Kaum perempuan mengalami kegelapan karena ditindas, dijajah dan hanya dijadikan “kanca wingking” , pelengkap bahkan obyek kaum laki-laki.
Ia ingin kaum perempuan “duduk sama rendah berdiri sama tinggi” dengan laki-laki. Ia berharap suatu saat nanti terbitlah terang yakni kesamaan derajad antara laki-laki dan perempuan.
Suasana kegelapan itu dialami dua orang murid yang pulang ke Emaus. Dalam perjalanan mereka “ngudarasa” sharing perasaan, kepada teman baru yang ikut nimbrung.
Mereka kecewa, putus asa, tak berpengharapan lagi. Itu digambarkan dengan “muka muram.” Harapan mereka hancur dengan ucapan, “Padahal kami dahulu mengharapkan…..” dan suasana hati mereka ditegaskan oleh Yesus dengan berkata,
“Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu.” Mereka yang pulang kampung itu digambarkan sebagai orang yang mukanya muram, bodoh, lamban hati. Itulah suasana kegelapan.
Suasana itu berubah ketika mereka mengadakan perjamuan malam. Yesus singgah di rumah mereka dan Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka. Inilah ekaristi.
Yesus berganti posisi menjadi tuan rumah yang membagi roti. Dan ketika itu terbukalah hati mereka. Mereka mengenali Yesus yang membagi roti. “Bukankah hati kita berkobar-kobar?”
Dari muram menjadi berkobar-kobar. Itulah Cahaya atau Terang.
Habis gelap Terbitlah Terang. Mereka langsung kembali ke Yerusalem untuk berbagi cerita bahagia ini. Sesudah ekaristi kita diutus mewartakan kabar sukacita. Ekaristi adalah tempat perjumpaan kita dengan Tuhan.
Pembacaan sabda Tuhan itu untuk persiapan perjumpaan nyata saat Ia memecahkan roti. Sadarkah kita bahwa dalam Ekaristi kita sungguh-sungguh berjumpa dengan Tuhan yang bangkit?
Paskah selalu membawa transformasih hidup. Habis Gelap Terbitlah Terang.
Dari Jakarta menuju Tangerang.
Singgah dulu di Bekasi.
Kristus Bangkit membawa Terang.
Kita diutus menjadi saksi.
Cawas, termenung di pojok kasur…
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by gisel | Apr 14, 2020 | Artikel
Saat ini masyarakat dunia sedang dibuat panik dengan maraknya penyebaran sebuah virus yang bernama corona (COVID-19). Tercatat hingga tanggal 14 April 2020 terdapat 1,924,635 kasus infeksi yang tersebar di 210 negara di seluruh dunia. Jumlah kasus infeksi terbesar tercatat terjadi di Amerika Serikat yaitu sebanyak 587,173 kasus, kemudian di susul oleh Spanyol dengan jumlah total kasus infeksi sebanyak 170,099 kasus, lalu posisi yang ketiga ditempati oleh Italia dengan jumlah total kasus infkesi sebanyak 159,516 kasus. Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah kasus infeksi meningkat dengan pesat, yang awalnya hanya terjadi 2 kasus, meningkat menjadi 96 kasus, kemudian 172 kasus, hingga yang terbaru total 4,557 kasus. (sumber: worldometers.info, 14/04/2020)
Penyebaran virus COVID-19 diduga berasal dari China, yaitu dari sebuah pasar hewan sebagai akibat dari mengkonsumsi daging (kelelawar, ular, dan hewan eksotis lainnya) yang tidak diolah dengan baik. Gejalanya yang mirip dengan penyakit flu biasa dan penyebaran yang begitu cepat membuat infeksi virus ini meningkat dengan pesat. Banyaknya korban yang berjatuhan di berbagai negara akhirnya mendorong WHO (World Health Organization) untuk mengkategorikan virus corona (COVID-19) sebagai epidemi global. WHO berharap dengan ditetapkannya COVID-19 sebagai epidemi global, semua negara menjadi lebih serius dalam menangani kasus penyebaran dan infeksi virus ini. Sebelumnya WHO sangat prihatin dengan sikap dari beberapa negara yang terkesan terlalu lamban dalam menangani kasus infeksi COVID-19. Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom dalam sebuah konferensi pers di Jenewa (11/03) mengatakan dengan tegas bahwa serangan virus COVID-19 bukan hanya krisis kesehatan masyarakat, tetapi juga krisis yang memberikan dampak kepada setiap sektor dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu ia mendesak setiap individu dalam masyarakat untuk terlibat aktif membantu pemerintahan negaranya memerangi penyebaran dan infeksi virus COVID-19.
Penyebaran COVID-19 di Indonesia
Pada awalnya Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara yang belum terkena infeksi COVID-19. Sampai dengan tanggal 1 Maret 2020 kasus infeksi virus COVID-19 di Indonesia belum terdeteksi. WHO dan beberapa negara lainnya sempat meragukan hal ini, mereka mengatakan bahwa infeksi virus COVID-19 sudah masuk ke dalam wilayah Indonesia, hanya saja pemerintah tidak mempunyai peralatan yang cukup untuk mendeteksi penyebaran dan infeksi virus ini. Menanggapi keraguan dari pihak luar, Terawan Agus Putranto selaku Menteri Kesehatan bahkan sempat menantang para ahli dari Harvard untuk meninjau langsung alat serta laboratorium pendeteksi virus COVID-19 yang ada di Indonesia. Terawan mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan pemeriksaan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku dan hasilnya adalah Indonesia bebas dari wabah virus ini. Sampai dengan tanggal 1 Maret 2020 Indonesia masih bebas dari infeksi COVID-19 dan masyarakat masih melakukan aktivitasnya dengan normal.
Namun semuanya berubah setelah pada tanggal 2 Maret terdeteksi ada 2 orang Indonesia yang positif terjankit virus COVID-19. Dua orang ini merupakan seorang ibu (64 tahun) dan anak (31 tahun) yang berasal dari Depok, Jawa Barat. Kedua orang ini tertular setelah salah satu diantara mereka melakukan kontak dengan seorang WNA asal Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret jumlah korban yang terinfeksi bertambah menjadi 4 orang, meningkat menjadi 6 orang di tanggal 9 Maret, meningkat lagi menjadi 19 orang pada tanggal 10 Maret, dan terus mengalami peningkatan hingga jumlah korban terinfeksi virus menyentuh angka 4,557 orang pada tanggal 14 April. 4,557 orang terinfeksi dan 399 orang meninggal merupakan sesuatu yang buruk bagi pemerintah, lebih khususnya lagi masyarakat Indonesia. Menanggapi hal ini Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menghimbau agar masyarakat Indonesia mengurangi segala aktivitas diluar ruangan dan lebih memperhatikan kebersihan tubuh.
Menyikapi penyebaran dan infeksi virus COVID-19 yang sudah memasuki tahap menghawatirkan, beberapa Universitas mulai meliburkan siswanya serta mengganti sistem pendidikannya menjadi berbasis online. Berbeda dengan lembaga pemerintahan dan lembaga pendidikan seperti universitas, masyarakat awam memiliki respon yang beragam dalam menanggapi situasi ini. Sebagian masyarakat mulai panik, sebagai akibatnya beberapa alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer mulai sulit didapat, jika ada harganya pun sudah menjadi mahal. Sebagiannya lagi meremehkan, menganggap penyebaran dan infeksi virus COVID-19 sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, sehingga sikap mereka cenderung santai dan tidak mendengarkan himbauan dari pemerintah. Tentunya sikap masyarakat yang sebagiannya panik dan sebagiannya lagi santai merupakan sesuatu yang buruk. Pencegahan penyebaran dan infeksi COVID-19 akan menjadi susah lantaran sebagian besar alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer menjadi langkah serta mahal. Masyarakat yang bersikap santai, lalu bebas berkeliaran tanpa memperhatikan himbauan terkait standar kesehatan juga semakin mempermudah penyebaran virus antara satu individu kepada individu lainnya. Sikap masyarakat yang seperti ini semakin mempersulit pemerintah dalam memerangi penyebaran virus COVID-19.
Sikap Orang Muda Katolik Babarsari
Pada tanggal 15 Maret 2020 diumumkan satu pasien positif terinfeksi virus COVID-19 di wilayah kota Yogyakarta. Pasien ini merupakan seorang anak laki-laki berumur 3 tahun, dirawat di RSUP Dr. Sardjito. Sedangkan kedua orang tua pasien masuk ke dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP), diisolasi bersama dengan anaknya di dalam sebuah ruangan. Setelah diselidiki ternyata pasien dan kedua orang tua pasien sebelumnya memiliki riwayat pernah berada di Depok, Jawa Barat.
Segera setelah berita tersebut beredar, pengurus paguyuban OMK Paroki Babarsari langsung mengadakan pertemuan. Pertemuan tersebut membahas beberapa hal, yaitu penundaan dan penonaktifan beberapa program kerja OMK, pengurangan dan pembatasan aktivitas orang muda Katolik di area gereja, serta langkah pencegahan penyebaran virus yang dilakukan oleh OMK. Hasil dari pertemuan tersebut tertuang dalam beberapa point kesepakatan yaitu, penundaan dan penonaktifan beberapa program kerja OMK, himbauan kepada seluruh orang muda Katolik untuk membatasi aktivitas di area gereja, melakukan doa bersama untuk memohon keselamatan, serta kesepakatan untuk melengkapi ruang OMK dengan hand sanitizer. Keputusan yang diambil tersebut sangatlah penting untuk menjaga kesehatan serta keselamatan seluruh Orang Muda Katolik Babarsari.
Orang Muda Katolik Babarsari menyikapi situasi epidemi virus COVID-19 dengan tenang. Sebagai bagian dari Orang Muda Katolik Babarsari saya terus memperhatikan dinamika dari teman-teman OMK. Sejak pertama kali terdengar kabar virus COVID-19 memasuki area jogja, respon yang ditunjukan oleh teman-teman OMK begitu tenang, mereka tetap beraktivitas namun intensitas aktivitas dikurangi serta melengkapi diri mereka dengan masker dan hand sanitizer. Teman-teman OMK tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan, mereka terus memantau perkembangan informasi yang ada dan dengan sabar menunggu himbauan-himbauan, baik itu dari pihak pemerintahan, universitas, maupun dari pihak gereja. Media sosial benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh para muda-mudi dalam menyebarkan informasi yang bermanfaat terkait himbauan, prosedur pengamanan diri, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan perkembangan penanganan virus COVID-19. Selain sebagai sarana untuk berbagi informasi, media sosial juga digunakan untuk saling menguatkan. Doa-doa, canda-tawa dan kata semangat sering terlihat di dalam ruang chat mereka. Tidak jarang juga terjadi diskusi diantara mereka, mulai dari topik sederhana sampai dengan topik yang agak berat diperbincangkan bersama. Terdapat dua hal menarik yang saya tangkap dari diskusi yang terjadi baru-baru ini. Hal menarik yang pertama adalah para muda-mudi ini sepakat epidemi virus COVID-19 telah menyadarkan mereka bahwa sesungguhnya Tuhan bukan hanya berada pada saat misa mingguan di gereja saja, tapi Tuhan itu berada di dalam diri setiap orang yang beriman. Tuhan dapat ditemukan dalam keheningan dan kesendirian. Hal menarik yang kedua adalah para muda-mudi ini sadar bahwa epidemi virus COVID-19 merupakan sebuah cobaan bagi keimanan mereka kepada Yesus Kristus. Walaupun gerak menjadi terbatas dan ancaman penyebaran virus berada dimana-mana, para muda-mudi ini tetap kuat berpegang pada doa.
Berdoa Bersama Memohon Kesembuhan dan Keselamatan
Penyebaran dan infeksi virus COVID-19 telah memasuki fase yang mengkhawatirkan. Terdapat 197.496 kasus infeksi yang terjadi diseluruh dunia, dengan total korban jiwa mencapai 7.905 orang. Menanggapi hal ini maka tim divisi liturgi OMK Don Bosco Babarsari mengajak semua umat untuk bersama-sama mendoakan kesembuhan dan keselamatan semua pasien virus COVID-19. Rumusan doa tersebut telah disusun lengkap dengan jadwalnya. Doa-doanya adalah sebagai beriku:
Doa setiap jam 15.00
- Doa Kerahiman
Ya Yesus, engkau telah wafat, namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia. O sumber kehidupan, kerahiman ilahi yang tak terselami, naungilah segenap dunia dan curahkanlah dirimu pada kami.
- Doa memohon pertolongan dan perlindungan dari Bunda Maria
O Maria, engkau terus bersinar sepanjang perjalanan kami sebagai tanda keselamatan dan harapan. Kami mempercayakan diri kami kepadamu sebagai Kesehatan Orang Sakit, yang di Kayu Salib dekat dengan rasa sakit Yesus, menjaga imanmu tetap teguh.
Engkau keselamatan orang-orang Romawi, tahu apa yang kami butuhkan, dan kami percaya bahwa Anda akan memenuhi kebutuhan itu sehingga, seperti di Kana, di Galilea, sukacita dan perayaan dapat kembali setelah masa pencobaan ini.
Tolong kami, Bunda Cinta Ilahi, untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Bapa dan untuk melakukan apa yang Yesus katakan kepada kami.
Dia yang menanggung penderitaan kita atas diri-Nya sendiri, dan memikul kesengsaraan kami untuk membawa kami, melalui Salib, menuju sukacita tentang Kebangkitan.
Kami mencari perlindungan di bawah perlindunganmu, O Bunda Suci Allah. Jangan meremehkan permohonan kami, kami yang diuji dan bebaskan kami dari setiap bahaya, hai Perawan yang mulia dan diberkati. Amin.
PENUTUP
Diakhir tulisan ini saya ingin menyampaikan kepada teman-teman semua untuk tidak panik menghadapi situasi ini, namun selalu waspada. Kurangi aktivitas di luar rumah, jaga selalu kebersihan tubuh, konsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan jangan lupa berdoa memohon perlindungan dari Tuhan. Jadilah pahlawan untuk diri sendiri dan sesama dengan mematuhi himbauan yang berlaku, jika merasa sakit segera beristirahat. Lihat perkembangannya, jika sampai beberapa hari sakit berlanjut dengan gejala demam 38 derajat celcius, batuk/pilek, disertai dengan kesulitan bernapas maka segeralah berobat ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Urungkan dulu niat untuk pulang ke kampong halaman, jagalah mereka dari kemungkinan terpapar virus yang kita bawa selama perjalan pulang. Salam sejahtera untuk kita semua, Berkah Dalem
Artikel by : Rio OMK
Editor : Gisella