Puncta 06.05.20 Yohanes 12:44-50 / Didi Kempot

 

HARI SELASA 5 Mei 2020 adalah hari berkabung nasional bagi Sobat Ambyar, Sad Girls and Sad Boys. The Lord of Broken Heart Mas Didi Kempot dipanggil Tuhan.

Dia dijuluki Godfather of Broken Heart, dewanya orang yang patah hati. Karena lagu-lagunya berkisah tentang hati yang kecewa ditinggal kekasihnya.

Tetapi dia selalu berkata,”senadyan patah hati nanging bisa dijogedi.” Daripada patah hati mending dijogedi. Walaupun patah hati tetapi tetap bisa berjoged, bergoyang.

Di atas panggung dia pernah berkata kepada penonton yang membanjirinya, “Ana sing ditinggal pacare? Sembahyangna ben entuk pacar sing luwih apik.” (Ada yang sedang ditinggal pacar? Doakan agar mendapat ganti yang lebih baik).

Dia menghibur orang-orang yang patah hati supaya tidak “baper” tetapi memandang dunia dengan gembira, tetap bisa berjoged ria. Dia menerangi hati yang gelap, kecewa, gundah dengan ritme goyang sangat menghibur.

Selamat jalan Sang Maestro. “Pirang tahun anggonku nggoleki seprene durung bisa nemoni.” Sekarang Mas Didi sudah ketemu dengan kekasih jiwamu di surga. .

Yesus berkata kepada orang-orang Farisi yang percaya kepada-Nya, “Aku telah datang ke dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.”

Yesus datang memberi terang kepada dunia yang penuh kesedihan, kegelapan. Yesus memberi harapan kepada orang yang putus asa. Yesus memberi kekuatan kepada mereka yang lemah dan tak berdaya.

Sabda bahagia-Nya menyentuh semua lapisan masyarakat. Yesus memberi jawaban kepada mereka yang lapar dan haus akan sabda Tuhan.

Kedatangan Yesus bukan atas kehendak-Nya sendiri. Ia diutus oleh Bapa untuk menyampaikan kasih-Nya. Melaksanakan kehendak Bapa itulah misi-Nya datang ke tengah-tengah kita.

Agar kita semua tidak hidup dalam kegelapan, tetapi melihat terang. Dan terang itu adalah Dia yang melaksanakan kehendak Bapa. Yesus itulah terang. Barangsiapa percaya kepada-Nya memperoleh terang hidup.

Yesus adalah jalan. Dengan percaya kepada-Nya orang akan sampai kepada Bapa. Karena Yesus berkata, “Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.”

Yesus bukan hakim, tetapi Yesus adalah Penyelamat. Seperti petugas pemadam kebakaran, ia berani mengorbankan nyawanya untuk bisa menyelamatkan jiwa orang. Demikian Yesus datang untuk menyelamatkan kita.

Wis tak coba nglalekake jenengmu saka atiku.
Saktenane aku ora ngapusi isih tresna sliramu.
Selamat jalan tumuju menyang swargamu.
Lagu-lagumu akan tetap mengalun di hatiku.

Cawas, my broken heart….
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 05.05.20 Yohanes 10: 22-30 / You’ll Never Walk Alone

 

SEMUA klub liga Inggris mengakui kalau mereka main di Stadion Anfiled, rasanya tidak hanya melawan sebelas pemain, tetapi duabelas. Pemain tambahan itu adalah penonton fanatik Liverpool.

Mereka punya semboyan “You’ll Never Walk Alone.” Dengan menyanyi, menari, bersorak dari tribune, mereka seolah ikut main di lapangan. Para pemain itu tidak sendirian, tetapi bersama-sama dengan penonton menggempur pertahanan lawan.

Pemain dan penonton menyatu menjadi pertunjukkan indah yang menggetarkan lawan-lawan mereka. Gemuruh nyanyian mereka seolah mau mengatakan, “Kalian tidak bermain sendirian, kami ikut mendukung dari pinggir lapangan. Kita bersatu padu.”

Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.” Yesus menyatu dengan Bapa. Bapa hadir dalam diri Yesus. Apa yang dikerjakan Yesus adalah pekerjaan Bapa. Ia adalah utusan Bapa. Dialah Mesias dari Allah.

Namun orang-orang Yahudi tidak percaya. KataNya kepada mereka, “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya.”

Orang dinilai disiplin salah satunya bisa dilihat dari tingkat kehadirannya yang selalu tepat waktu. Orang dinilai jujur bisa dilihat dari akurasi laporan, transparansi dan akuntabilitasnya.

Orang sabar dinilai dari ketenangannya menghadapi masalah, tidak “grusa-grusu”, penuh pertimbangan. Penilaian terhadap seseorang itu dapat dilihat dari apa yang dikerjakannya.

Melihat pekerjaan-pekerjaan Yesus, mestinya orang bisa mengetahui siapakah Yesus itu sebenarnya. Tetapi orang-orang Yahudi itu masih bimbang, memaksa Yesus mengatakan secara terus terang.

Dalam kehidupan ini tidak harus segala sesuatu diucapkan. Suami istri itu tidak perlu mengatakan setiap menit setiap waktu, “Aku cinta padamu say”. Tetapi dari tindakan, perbuatan dan karnyanya menunjukkan bahwa mereka saling mengasihi.

Marilah kita menyatu dengan Yesus melalui tindakan dan karya-karya-Nya. Dengan karya belas kasih, orang akan melihat kita ini murid-murid-Nya.

Mari budayakan hidup bersih.
Kita cegah mata rantai corona.
Ikuti Yesus ajarkan cintakasih.
Akan jadi berkah untuk sesama.

Cawas, jangan menyerah….
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 04.05.20 Yohanes 10:11-18 / Menjadi Shaolin Sejati

 

HOU JIE adalah panglima perang yang baik. Ia meninggalkan dunia kemiliteran yang penuh dengan intrik persaingan, peperangan, pembunuhan, kekejaman.

Ia ingin menebus dosanya dan menjadi murid di Kuil Shaolin. Ia dibantu oleh Biksu Wudao yang bertugas sebagai koki di kuil. Ia mulai memahami jalan hidup Shaolin dalam keheningan dan ketenangan batin.

Chao Man menggantikan posisinya menjadi panglima perang yang kejam. Ia mendengar bahwa Hou Jie masih hidup. Ia mencari dan mengejar untuk membunuhnya. Ia kerahkan pasukan untuk mengepung biara Shaolin.

Hou Jie dan para biarawan berusaha mempertahankan biara Shaolin. Wudao memimpin anak-anak dan perempuan mengungsi. Hou Jie menumpahkan darahnya untuk keselamatan warga Shaolin.

Bahkan dia menolong Chao Man musuhnya, dari reruntuhan pilar kuil. Hou Jie terlontar dan jatuh di pangkuan Budha. Ia mati dalam damai demi kelangsungan generasi Shaolin selanjutnya.

Dengan diiringi lagu yang mengalun pilu berjudul Wu, Wudao dan teman-temannya memandangi asap reruntuhan kuil mereka.

Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” Gembala yang baik bertanggungjawa bagi keselamatan domba-dombanya dari berbagai bahaya.

Ia tidak lari ketika serigala datang. Ia menjaga dombanya supaya aman dan mendapatkan rumput segar. Yesus adalah gembala yang baik, yang mengenal domba-domba-Nya.

Paus Fransiskus mengajak para imam agar menjadi gembala berbau domba. Gembala yang hidup dekat dengan domba-dombanya, bukan yang jauh dan tidak mengenal dombanya.

Ajakan itu kiranya dipengaruhi oleh situasi zaman sekarang ini yang menjauhkan kita dari semangat pelayanan, pengabdian, pengorbanan. Istilah Jawanya, “ora wani nggetih.” Tidak berani total, habis-habisan.

Seperti Hou Jie, ia meninggalkan dunia militer dengan segala gemerlapnya dan fokus menjadi rahib sampai mati membela teman-temannya di biara Shaolin.

Yesus adalah panutan kita. Ia menjadi gembala yang mati untuk keselamatan domba-domba-Nya. Pengorbanan total seperti Yesus itulah yang perlu kita teladani dalam melayani domba-domba-Nya.

Mendapat untaian mawar dua.
Ditaruh cantik di pot bunga.
Mari ikuti Sang Gembala utama.
Yang hidup dekat dengan domba-domba.

Cawas, berdoa dan berdoa…
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Misa Kok Online?

Wawancara KOMSOS KAS Bersama Mgr. Dr. Robertus Rubiyatmoko,

Uskup Keuskupan Agung Semarang

Wabah virus corona yang terjadi semenjak akhir tahun 2019 hingga saat ini, mengubah banyak ritme kehidupan masyarakat tak terkecuali tata cara peribadatan seluruh agama di dunia. Kecepatan penyebaran virus yang mengerikan, membuat semua orang harus mulai memperhatikan jarak pada saat berinteraksi dengan orang lain agar mata rantai penyebaran virus dapat dihentikan. Gereja, sebagai bagian dari masyarakat dunia yang sedang bersama-sama melawan penyebaran virus corona ini, harus membuat kebijakan yang sangat memberatkan hati seluruh umat katolik di dunia yaitu dengan meniadakan misa di gereja dan menggantikannya dengan misa yang diadakan secara streaming melalui jaringan internet.

Pada 23 Maret 2020 Keuskupan Agung Semarang secara resmi melarang segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan liturgi maupun non-liturgi di lingkungan gereja, demi keselamatan segenap umat di Keuskupan Agung Semarang. Keputusan tersebut tentunya membuat banyak hati seluruh umat merasa sedih, karena keputusan tersebut membuat harapan merayakan semarak Paskah tahun ini di gereja masing-masing, menjadi kandas.

Setelah hampir satu setengah bulan berlalu semenjak keputusan tersebut, umat pun mulai merasakan betapa rindunya melaksanakan ekaristi secara langsung dan menerima tubuh dan darah Kristus. Tetapi, dalam wawancara yang dilakukan oleh KOMSOS KAS dengan Bapa Uskup, beliau meminta agar umat tetap bersabar dan terus berdoa agar wabah ini cepat berlalu sehingga umat dapat kembali ke gereja mengikuti ekaristi secara langsung.

Misa online yang dilakukan oleh umat saat ini, diselenggarakan demi mengobati kerinduan umat untuk bertemu dengan Tuhan lewat sakramen ekaristi dan lewat sabda yang kita dengarkan, meskipun sakramen ekaristi saat ini hanya diberikan secara spiritual. Meskipun secara online dan bisa dilakukan dimana saja, tidak berarti umat dapat mengikuti misa online dengan tidak serius. Justru karena ekaristi tersebut dapat diikuti bersama-sama lewat tempat masing-masing, umat diminta untuk secara serius, aktif dari awal sampai akhir mengikuti perayaan ekaristi.

Dalam wanwancara tersebut, Bapa Uskup juga menyampaikan bahwa begitu banyak umat yang memberikan sharing pengalaman iman mereka dalam mengikuti perayaan ekaristi online. “Saya sungguh terenyuh karena begitu banyak pengalaman iman yang meneguhkan dan bahkan saya juga ikut diteguhkan,”. Begitulah yang dikatakan oleh Bapa Uskup dalam salah satu khotbah yang dikatakan beliau dengan sedikit emosional. Dalam sharing umat yang dibaca oleh Bapa Uskup, umat juga menyampaikan bahwa dengan misa online ini, mereka dapat lebih merasakan kehadiran Tuhan di dalam kebersamaan keluarga, dan dengan kondisi yang seperti ini pula, umat akhirnya merasakan bahwa ekaristi yang diterima secara langsung merupakan suatu hal yang sangat berharga dan bernilai.

Terakhir, Bapa Uskup mengajak segenap umat untuk selalu menjaga kesehatan dan saling memperhatikan sesama yang sedang kesulitan ditengah wabah virus corona ini (Tripleway/Gia).

Puncta 02.05.20 PW St. Atanasius, Uskup dan Pujangga Gereja Yohanes 6:60-69 / Perkataan Keras

 

WAKTU menanggapi kedatangan Kresna sebagai duta Pandawa, terjadi perdebatan sengit di antara para penasehat Kurawa. Karna menuduh dengan keras bahwa di tengah-tengah para penasehat ada mata-mata.

Tuduhan itu membuat telinga Prabu Salya merah padam. Ia marah dituduh sebagai mata-mata. Kata-kata yang terlontar makin keras dan panas bagai api berkobar membakar sejuta hutan.

Di balairung itu yang terjadi bukan bersatu menghadapi duta Pandawa, tetapi justru saling permusuhan yang makin tajam. Akhirnya Salya menantang Karna.

Namun terdesak oleh kedatangan Kresna, Adipati Karna mundur diam-diam menghindari kemarahan Salya. Karna mundur karena kata-kata Salya yang keras. Ia baru menampakkan diri lagi di istana ketika perang Baratayuda sudah menewaskan banyak senapati Kurawa.

Yesus berbicara tentang roti hidup. “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal.”

Ia menegaskan,”Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.”

Sabda ini bagi banyak orang dianggap keras dan tajam kalau tidak mau dikatakan kasar. Mungkin juga ada orang merasa terhina karena harus makan daging dan minum darah manusia. Maka banyak orang mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Yesus.

Dalam situasi kritis seperti itu, Yesus menggunakan kesempatan untuk menantang para murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Yesus ingin mendapat ketegasan posisi para murid. Maju atau mundur.

Simon Petrus mewakili teman-temannya berkata, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Kita juga pernah mengalamai situasi kritis seperti itu. Harus berani mengambil sebuah keputusan untuk mengikuti Yesus atau mundur.

Mengikuti Dia berarti berani menanggung segala resiko ditolak dan siap di jalan salib. Memang berat tantangan Yesus. konsekwensinya adalah salib. Apakah kita mau maju atau mundur teratur?

Ke warung beli rujak cingur.
Dinikmati dengan peyek usus.
Milih maju atau milih mundur.
Tanggung resiko kalau ikut Yesus.

Cawas, diam dan tepekur….
Rm. A. Joko Purwanto Pr