Puncta 16.08.20 / HR. Maria Diangkat Ke Surga / Lukas 1:39-56

 

“Munificentissimus Deus”

PAUS Pius XII mengeluarkan ajaran berjudul Munificentissimus Deus yang memuat dogma tentang Maria diangkat ke surga pada tanggal 1 Oktober 1950. Ajaran itu bukan sesuatu yang baru.

Tetapi dirumuskan berdasarkan kepercayaan umat yang sudah berlangsung berabad-abad. Sumber kepercayaan Katolik bukan hanya Kitab Suci, tetapi juga tradisi-tradisi yang hidup di tengah umat. Sebelum Kitab Suci ditulis, sudah ada kisah-kisah lesan yang diceritakan turun temurun.

Begitu juga keyakinan tentang Bunda Maria yang mempunyai iman istimewa dan unik dalam karya keselamatan sudah mendarah daging di hati umat. Maria diyakini ikut terlibat secara langsung dalam karya Kristus.

Umat percaya bahwa Maria adalah Bunda Allah, karena Kristus adalah Putera Allah. Kristus sebagai Putera Allah tidak berdosa, maka Maria yang melahirkan-Nya diyakini sebagai Bait Suci Allah yang tak bernoda.

Maria juga ikut menderita bersama Puteranya yang memanggul salib. Maria menerima pemenuhan janji Kristus. St. Paulus menulis, “….jika kita menderita bersama-sama dengan Dia….kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Dan karena Bunda Maria adalah yang pertama menderita bersama Yesus dengan sempurna, maka layaklah bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji-Nya ini dengan mengangkat Bunda Maria dengan sempurna, tubuh dan jiwa ke dalam kemuliaan surga, segera setelah wafat-Nya.

Dogma atau ajaran resmi Gereja bahwa Maria diangkat ke surga sebenarnya sudah tertanam lama dalam keyakinan umat. Paus Pius XII merumuskan keyakinan itu sebagai ajaran resmi gereja. Inilah bunyi dogma itu :

“…. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (MD 44)

Ajaran ini bagi umat Katolik meneguhkan bahwa siapa pun yang taat setia seperti Bunda Maria akan “diangkat” atau dipersatukan dengan Kristus di surga.

Maria adalah teladan iman yang sempurna. Siapa yang imannya seperti Maria, akan mengalami kemuliaan kekal di surga. Marilah kita meneladan Bunda Maria.

Mimpi pegang ATM di balik pintu.
Ternyata tersimpan di dalam saku.
Mengikut Maria kerinduanku.
Menjadi abdinya cita hidupku.

Cawas, jalan-jalan hanya mimpi….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 15.08.20 / Matius 19:13-15 / Predator Anak

 

SUDAH viral di media massa dan ramai dibicarakan kasus pelecehan seksual dan pencabulan anak-anak misdinar di Gereja St. Herkulanus Depok.

Azas Tigor Nainggolan selaku kuasa hukum anak-anak mengatakan bahwa per juni 2020 sudah ada 21 korban yang melaporkan. SPM, pendamping misdinar adalah pelakunya dan sekarang sudah dijadikan tersangka.

Pastor Yosep Cyrilus Natet mengatakan, “Dengan terungkapnya kasus ini, Gereja harus berbenah dan mengakui ada kelemahan-kelemahan struktural yang harus diperbaiki agar kejadian serupa tidak terulang lagi.”

Bacaan Injil hari ini bercerita tentang orangtua yang membawa anak-anak, yang mau datang kepada Yesus dihalangi oleh para murid. Para orangtua ini ingin agar Yesus memberkati anak-anak dan mendoakan mereka. Tetapi murid-murid justru memarahi mereka.

Yesus berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku. Sebab orang-orang seperti merekalah yang empunya Kerajaan Surga.”

Kadang-kadang kita berlaku seperti para murid itu. Bukan menghantar anak-anak semakin dekat dengan Tuhan malah menghalangi mereka.

Kasus di Depok itu bukan hanya menghalangi, tetapi justru menjerumuskan anak-anak ke jurang penderitaan. Mereka trauma, takut, merasa berdosa.

Sulit dan butuh terapi lama untuk menyembuhkan trauma psikis bagi anak. Pembina atau pendamping yang seharusnya memberi contoh hidup baik justru melakukan tindakan tidak terpuji terhadap anak-anak.

Pembenahan-pembenahan perlu dilakukan di dalam gereja. Pembinaan dan kontrol bagi para pengurus gereja juga perlu dilakukan. Perlu membuat lingkungan gereja yang ramah anak.

Misalnya membuat ruangan yang terbuka untuk kegiatan bersama dan bisa diakses oleh banyak orang. Kasus pelecehan itu terjadi di ruang perpustakaan paroki yang tertutup rapat.

Yesus senang anak-anak datang kepada-Nya. Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka. Hati mereka yang suci, murni, polos adalah bait Roh Kudus. Mereka itulah yang empunya Kerajaan Surga.

Kita harus ikut menjaga dan melindungi anak-anak yang tidak berdosa ini. Menghantar mereka mengalami perjumpaan kasih dengan Tuhan lewat pendampingan yang baik.

Semoga kita, orang dewasa dan orangtua dapat belajar dan memetik hikmah dari kasus di Depok itu.

Tidak ada tirakatan tujuhbelas agustus.
Karena sedang terjadi wabah corona.
Biarkan anak-anak datang kepada Yesus.
Merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Cawas, pegang ATM….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 13.08.20 / Matius 18:21- 19:1 / Menghitung Talenta

 

MARI kita belajar matematika. Menghitung berapa besarnya perbandingan antara talenta dan dinar. Dalam perumpamaan, Yesus menceritakan ada seorang hamba yang berhutang kepada tuannya sepuluh ribu talenta. Sedangkan teman hamba itu berhutang kepadanya sebesar seratus dinar.

Satu talenta sama dengan 6.000 dinar (Kamus Alkitab). 10.000 x 6.000 = 60.000.000 dinar. Kita sudah bisa membayangkan 60 juta dinar dibanding seratus dinar. Sangat besar selisihnya bukan?

Sekarang kalau kita bandingkan dengan rupiah. UMR Kabupaten Klaten untuk tahun 2020 adalah Rp. 1.947.821. mudahnya Rp. 1,9 juta per bulan. Kalau upah sehari berarti 1.900.000 : 30 hari = Rp. 63.300.

Hutang hamba itu 60.000.000 x 63.300 = 3,798 Trilyun. Hutang teman hamba itu 100 x 63.300 = 6.330.000. Tiga trilyun dibanding dengan enam juta. Sangat “njomplang” sekali.

Gaji Leonel Messi setahun 1,59 trilyun. Kalau Messi mungkin hanya butuh tiga tahun melunasi hutang. Tetapi kalau buruh harian yang gajinya sesuai UMR, dia butuh waktu ratusan tahun melunasinya.

Perumpamaan itu mau mengatakan bahwa Raja itu sangat murah hati kepada hambanya. Ia menghapuskan utang yang demikian besar, tiga trilyun lebih, karena permintaan hambanya.

Namun sebaliknya hamba itu tidak mau menghapus hutang temannya yang hanya enam juta lebih sedikit. Yesus menggambarkan raja yang berbelas kasihan. Ia mau mengampuni seberapa pun besar dosa hamba-Nya.

Raja itu adalah Allah Bapa. Kita adalah hamba-hamba-Nya. Oleh Yesus kita diajak meneladan Bapa yang murah hati. “Demikian pula Bapa-Ku di surga akan berbuat terhadapmu, jika kalian tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hati.”

Hal ini sama dengan yang dikatakan Yesus, “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”

Sebagaimana kita selalu berdoa, “Ampunilah kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Doa itu harus selalu diwujudkan dalam tindakan kita sehari-hari. Allah Bapa pasti selalu mengampuni, maka kita pun harus mau mengampuni sesama kita.

Olahraga sambil jalan-jalan.
Singgah warung beli bubur babi.
Ampunilah dosa kami ya Tuhan.
Karena kami belum bisa mengampuni.

Cawas, maaf lagi jetlag…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 12.08.20 / Matius 18:15-20 / Pak Masno Gunung Bunga

 

AKU berangkat ke Stasi Gunung Bunga dengan sepeda motor. Ada dua jalur yang bisa ditempuh. Jalur pertama melewati jalan logging. Ini jalan panjang dan jarang ada perkampungan penduduk.

Ada banyak tanjakan dan turunan. Jalur kedua melewati beberapa kampung; Bandung, Sekembar, Betenung, Batu Bulan dan Tanjungasam. Aku suka melewati jalur ini karena bisa singgah ke rumah umat.

Kalau ada masalah di jalan tentu bisa cepat minta tolong umat. Apalagi jalur ini adalah jalur Trans Kalimantan jadi sekarang sudah diaspal halus. Hanya ada beberapa titik yang berbahaya dan licin di luar kampung Tanjungasam.

Mendung dan hujan sering mempersulit jalan. Memasuki Gunung Bunga adalah masuk kawasan hutan. Umat di sana kebanyakan karyawan perusahaan Alas Kusuma. Aku datang disambut oleh hujan dan dingin.

Kapel kecil di atas rumah-rumah karyawan itu masih terkunci rapat, tanda belum ada yang datang. Aku duduk sendirian menanti. Aku membunyikan lonceng besi yang terbuat dari velek roda truk. “Teng… teng…teng…” suaranya menggema di antara pohon-pohon tinggi di tengah hutan.

Aku menunggu setengah jam, belum ada yang datang. Aku pukul lonceng lebih keras lagi. Satu jam berlalu, Pak Masno ketua umat muncul tergopoh-gopoh. “Maaf romo, baru pulang dari tugas jaga.”

Kami ngobrol sambil menunggu yang lain. Lama ditunggu tidak ada umat yang datang, kecuali Pak Masno. “Kita misa gak romo?” Aku jawab, “Ya misalah, Kalau ada dua orang berkumpul Tuhan tetap hadir Pak.” Kami misa berdua saja.

Hari ini Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jika dua orang di antaramu di dunia ini sepakat meminta apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul demi Nama-Ku, Aku hadir di tengah-tengah mereka.”

Jadwal misa ini adalah haknya umat untuk dilayani. Tidak perlu menggerutu atau mengeluh, kenapa yang datang hanya sedikit. Sabda Tuhan itu jelas, “Dimana ada dua atau tiga orang berkumpul demi Nama-Ku, Aku hadir di tengah-tengah mereka.” Kita juga yakin pasti doa-doa kita pun akan didengarkan Tuhan.

Yang membutuhkan misa itu bukan hanya umat, tetapi Tuhan sendiri yang ingin hadir di tengah-tengah umat. Maka walaupun hanya satu atau dua orang datang, Tuhan tetap hadir dan umat harus dilayani.

Romo-romo itu jangan mempersulit Tuhan yang ingin hadir di tengah umat. Untuk itu kita ditahbiskan demi menghadirkan Tuhan. Kita ini kadang malah membuat aturan macam-macam yang mempersulit dan membebani umat.

Sedikit atau banyak yang berdoa Tuhan akan mengabulkan. Kita diajak untuk mengingatkan, menasehati dan menolong yang lain. Cara menasehati atau mengingatkan dilakukan secara berjenjang.

Allah Bapa saja mendengarkan doa dua orang yang meminta, semestinya kalau kita dinasehati banyak orang ya harusnya mendengarkan dan bertobat.

Tak sengaja mohon maaf sekali.
Harus nembus jalan kecil dan sempit.
Buatlah pelayanan yang murah hati.
Jangan hal yang mudah malah dipersulit.

Cawas, selalu ada jalan…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 11.08.20 / PW. St. Klara, Perawan / Matius 18:1-5.10.12-14

 

“Anak Kecil”

WISANGGENI adalah anak yang baru lahir dari Bathari Dresanala dan Arjuna. Tetapi Dewasrani, anak Bathari Durga dan Bathara Guru, menginginkan Dresanala jadi istrinya. Ia membujuk ibunya untuk minta kepada raja para dewa yakni Bathara Guru memisahkan Arjuna dan Dresanala.

Orangtuanya dipisahkan dan anaknya dimusnahkan. Anak kecil yang tidak berdosa itu berusaha dibunuh oleh para dewa. Ia dipukul, ditendang, diinjak-injak, dijadikan mainan. Bathara Brahma kemudian melemparkan anak kecil itu ke kawah Candradimuka agar segera musnah.

Ajaibnya, anak itu tidak mati tetapi justru tumbuh berkembang menjadi besar dan perkasa. Anak kecil itu mempunyai kekuatan seperti api yang berkobar. Oleh Bathara Narada dia diberi nama Wisanggeni.

Narada membujuk Wisanggeni untuk bertanya siapa orangtuanya kepada para dewa. “Kalau dewa-dewa tidak bisa menjawab, hajar saja mereka.”

Begitu saran Narada. Para dewa kocar-kacir dihajar Wisanggeni karena mereka tidak tahu siapa orangtua anak itu. Durga dan Bathara Guru juga kalah melawan Wisanggeni.

Narada mengingatkan kepada Bathara Guru. “Jangan sekali-kali meremehkan bayi tidak berdosa. Di dalam diri Wisanggeni ada kekuatan Sang Maha Tunggal. Dia sangat sakti, para dewa pun tidak berkuasa menandinginya. Jangan menganggap entheng anak kecil.”

Para murid bertanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Yesus membawa anak kecil dan berkata, “Jika kalian tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.”

Anak kecil itu suci, polos, jujur dan tidak berdosa. Yesus mengingatkan, “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang pun dari anak-anak kecil ini.”

Seringkali kita tidak menghargai anak kecil. Mereka menjadi tempat pelampiasan pelecehan, dihina dan direndahkan. Mereka dianggap tidak punya kuasa. Mereka gampang ditindas dan diperlakukan tidak adil.

Hati-hatilah, Yesus mengingatkan kita untuk tidak merendahkan anak-anak kecil. Kita tahu ada kasus-kasus pelecehan anak. Gereja harus bertindak adil dan menghormati anak-anak kecil.

Jangan sampai terjadi pelecehan terhadap anak-anak kecil. Jangan meniru Bathara Guru, yang dengan kekuasaannya menindas dan melecehkan anak-anak tidak berdosa. Suatu saat nanti Wisanggeni akan mengamuk menghancurkan Kahyangan para dewa. Hati-hati…..!!!!

Pergi ke sawah menangkap precil.
Untuk dipakai memancing ikan tuna.
Hormati dan hargai anak-anak kecil.
Karena mereka punya daya yang luar biasa.

Cawas, tak sengaja…….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr