by editor | Apr 25, 2022 | Renungan
Jangan Tidak Percaya.
ADIPATI Karna dibujuk oleh Kresna supaya kembali ke Pandawa. Bahkan Kunti sendiri sebagai ibunya memohon supaya dia kembali ke pangkuan Para Pandawa.
Kresna memberitahu bahwa Karna adalah darah daging para Pandawa. Ia dilahirkan dari satu ibu dengan adik-adiknya Pandawa,
Namun demikian, Karna tetap keukeh dengan pendiriannya, bahwa ia akan tetap berpihak kepada para Kurawa. Dia tidak akan berpaling dan bersedia mati demi Kurawa. Keteguhan pendiriannya ibarat “wesi gligen” besi baja yang tidak bisa dibengkokkan. Kendati dibujuk rayu seperti apa, ia tidak mau percaya.
Begitu juga dengan Tomas, dia tidak mau percaya walau sudah diberitahukan oleh-teman-temannya bahwa Yesus hidup.
Ia telah menampakkan diri kepada murid-murid lain. Tetapi Tomas keukeh tidak mau percaya kalau tidak membuktikan sendiri. Tidak mudah memang memahami kebangkitan.
Kendati Yesus beberapa kali menampakkan diri kepada para murid. Namun mereka belum juga memahami apa artinya kebangkitan.
Mereka sulit memahami apa artinya hidup setelah mati. Yesus membimbing mereka tahap demi tahap.
Masih ada hambatan-hambatan yang merintangi pikiran mereka sehingga mereka belum sampai mempercayai kebangkitan.
Makam kosong tidak otomatis menyimpulkan pada kebangkitan. Mereka berpikir jenasah-Nya dicuri orang.
Warta malaikatlah yang menjadi penjelasan bahwa makam kosong itu sebuah tanda bahwa Yesus hidup.
Namun hal ini pun tidak serta merta mudah dipahami. Para murid butuh proses yang panjang.
Sebagaimana yang dialami oleh Tomas, itu juga pengalaman kita semua. Banyak dari antara kita yang membutuhkan bukti agar kita percaya.
Kendati teman-teman Tomas sudah mengalami penampakan, namun Tomas masih belum bisa percaya kalau tidak mengalaminya sendiri.
Ia tidak percaya pada cerita-cerita teman-temannya. Ia membutuhkan bukti nyata, pengalaman kongkrit.
Positifnya, Tomas adalah pribadi yang konsisten pada pendiriannya. Ia tidak “ela-elu” pada cerita-cerita atau pendapat orang.
Ia tegar dengan pendiriannya, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Sering kita menilai Tomas sebagai orang yang kurang percaya. Tetapi sebetulnya dia adalah pribadi yang tegar, kuat pendirian dan tidak suka “membebek” pada cerita-cerita orang. Ia punya prinsip sendiri.
Tomas menempuh jalannya sendiri. Yesus menanggapi pendirian Tomas ini dengan menunjukkan sendiri apa yang dimintanya.
Yesus datang khusus kepada Tomas. “Taruhlah jarimu disini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Dengan itu Tomas merumuskan imannya, “Ya Tuhanku dan Allahku.”
Setelah ia berjumpa dengan Yesus, barulah Tomas percaya.
Pertanyaan reflektif; Apakah kita sering menuntut tanda bukti agar kita percaya pada penyelenggaraan Tuhan?
Apakah kita sering menantang Tuhan untuk menunjukkan bukti kemahakuasaan-Nya?
Berbahagialah orang yang tidak melihat, namun percaya.
Berjalan menuju padang-padang savana,
Mendaki Puncak Mongkrang yang mempesona.
Jika kita percaya seutuhnya kepada-Nya,
Kita tidak akan memaksakan kehendak kita.
Cawas, jangan tidak percaya
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Apr 22, 2022 | Renungan
Tidak Dipercaya.
SIAPA tidak mengenal Jack Ma? Pada mulanya dia bukan siapa-siapa. Pemuda pengangguran yang tidak dianggap.
Sering dia mengalami ditolak, direndahkan, tidak diperhitungkan, tidak dipercaya.
Ia tiga kali ditolak masuk ke perguruan tinggi. Setelah lulus dia melamar pekerjaan, namun selalu ditolak.
Bahkan sampai 30 kali tidak diterima. Dia hampir putus asa. Dia pernah melamar di KFC. Dari 24 pelamar, hanya dia yang tidak diterima.
Harga dirinya ngedrop karena selalu gagal. Ia merasa tak berharga dan tidak dipercaya.
Namun ia tidak berhenti. Bersama temannya ia mencoba membangun e-commerce bernama Ali Baba. Teman-temannya menganggap usahanya ini suatu kebodohan.
Dia disepelekan. Namun lambat laun dengan kegigihannya, Jack Ma mulai diperhitungkan. Kini dia termasuk orang terkaya di Cina.
Siapa yang tidak suka dengan film-film Harry Potter? J.K Rowling adalah penulis novel Harry Potter.
Perempuan berdarah Skotlandia ini pernah ditolak delapan kali oleh penerbit. Ia diremehkan karena tidak punya pengalaman.
Namun dia terus berjuang agar karyanya diterima dan dapat diterbitkan.
Ia pernah disepelekan dan tidak dipercaya. Namun kini novelnya menembus 450 juta kopi dan diterjemahkan dalam delapan bahasa.
Bahkan film-film Harry Potter menembus rekor penonton terbanyak dan pendapatan tertinggi.
Pengalaman tidak dipercaya, diremehkan dan tidak dianggap juga dialami oleh Maria Magdalena.
Yesus mula-mula menampakkan diri kepadanya. Ia lalu memberitahukan kepada murid-murid Yesus yang sedang berkabung dan menangis. Namun mereka tidak percaya.
Dua orang murid yang pulang ke Emaus juga dijumpai Yesus di tengah jalan. Mereka itu juga menceritakan pengalamannya kepada kesebelas murid. Lagi-lagi mereka tidak percaya.
Perempuan tidak dianggap, tidak punya kedudukan dalam strata sosial Yahudi. Apalagi dengan latar belakang Maria Magdalena yang begitu kelam. Ia pernah dikuasai tujuh setan. Kualitas beritanya dipertanyakan.
Dua murid yang pulang ke Emaus ini nampaknya bukan kelompok inti. Mereka tidak punya otoritas atau wewenang menyatakan sesuatu. Makanya mereka tidak dipercaya.
Yesus lalu menampakkan diri kepada kesebelas murid. Ia mencela ketidak percayaan dan kedegilan hati mereka.
Jangan meremehkan dan merendahkan orang lain. Perempuan, kaum kecil dan lemah justru dipakai oleh Allah untuk menyatakan kehendak-Nya.
Kesombongan membuat orang tidak mudah percaya.
Yesus sendiri kemudian memberi perintah kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Untuk menjadi pewarta, pertama-tama kita harus percaya. Percaya akan apa yang kita wartakan. Isi yang diwartakan itu harus meyakinkan.
Yang kedua, kita harus dapat dipercaya. Agar dapat dipercaya kita mesti punya pengalaman autentik dengan Tuhan yang bangkit.
Pertanyaan reflektifnya: Apakah anda sungguh percaya pada Yesus yang bangkit?
Apakah anda punya pengalaman pribadi yang mendalam dengan Tuhan? Apakah pengalaman anda itu dapat dipercaya?
Pergi ke Tawangmangu melihat senja,
Sambil menikmati kopi pahit di meja.
Jangan berhenti ketika tidak dipercaya,
Itu hanya cambuk untuk membuktikannya.
Cawas, marilah percaya…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Apr 21, 2022 | Renungan
Yesus dan Era Disrupsi.
TAHUN 2020 disebut era disruption. Perkembangan teknologi digital telah memicu aneka inovasi dan perubahan besar dalam dunia industri.
Revolusi industri 4.0 telah mengubah pola dan kondisi persaingan global.
Perubahan itu menciptakan disrupsi industri di segala sektor. Struktur-struktur lama berubah menjadi makin efektif dan efisien.
Kegiatan-kegiatan manual berganti menjadi serba otomatis dengan bantuan teknologi.
Muncul berbagai macam aplikasi yang makin mempermudah dan mempercepat.
Pasar tradisional hilang, diganti dengan pasar online. Kita tidak lagi harus menunggu kendaraan di pinggir jalan. Tetapi bisa pesan moda online dan langsung antar jemput sampai di tempat.
Ada pembayaran online. Bahkan mata uang digital sudah diciptakan yaitu cryptocurrency yang dikenal dengan Bitcoin. Tidak hanya Universe, sekarang ada Metaverse.
Kalau kita tidak masuk dalam era digital ini, kita akan tersingkir. Ada banyak perusahaan gulung tikar karena tidak mengantisipasi adanya disrupsi digital.
Sekarang tidak ada lagi Nokia, Blackberry, Kodak, Fuji Film, Konica. Sudah diganti dengan Smartphone yang 5G.
Gerai-gerai yang pernah jaya seperti Giant, Matahari, Ramayana, Golden Truly, Kinokuniya sudah bertumbangan karena tidak mampu beradaptasi dengan era perdagangan digital.
Bagi mereka yang tidak berubah dan beradaptasi dengan era baru, pasti akan ngap-ngap dan megap-megap.
Yesus yang bangkit juga membawa sesuatu yang baru. Ketika para murid pergi menjala ikan, semalam-malaman mereka tidak menangkap apa-apa. Mereka menggunakan cara lama yang konvensional.
Yesus menampakkan diri dan menyuruh mereka dengan cara baru. “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.”
Kebiasaan orang, menebar jala biasa ke sebelah kiri. Yesus menyuruh ke kanan. Ini hal yang baru.
Kalau tidak ke kanan, berarti anda harus membalik arah perahu, mengubah haluan. Jangan hanya mengikuti kebiasaan lama, tetapi berani berbalik arah 180 derajat.
Ketika mereka berani mengubah arah baru, seperti perintah Yesus, mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan yang mereka peroleh.
Yesus membawa pola dan cara baru. Kalau kita tidak mengikutinya, kita tidak akan mendapat hasil apa-apa.
Para murid kembali hidup sebagai nelayan. Ini pola hidup mereka yang lama. Sesudah Yesus bangkit, mereka diajak memakai cara dan pola hidup yang baru.
Dari pola lama mereka tidak menangkap apa-apa. Dengan pola baru yakni setia dan percaya pada Yesus, mereka menghela jala yang penuh dengan ikan.
Pertanyaan reflektif: Apakah kita mau mengikuti Nokia yang hilang ditelan bumi, atau mau ikuti cara dan pola baru yang diajarkan Yesus agar bisa menjala hasil yang melimpah?
Beranikah kita berubah menghadapi dunia yang sedang berubah?
Pergi ke pasar pakai sandal jepit,
Membeli celana berwarna biru.
Tuhan Yesus yang sudah bangkit
Membawa semangat dan harapan baru.
Cawas, semangat Paskah, hidup baru…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Apr 21, 2022 | Renungan
Kentut; Tidak Terlihat Namun Ada.
SAMPAI sekarang masih ada saja orang yang tidak percaya kalau virus Covid-19 itu sungguh-sungguh ada. Bahkan itu dikotbahkan di mimbar-mimbar oleh orang-orang beragama.
Sampai sekarang masih ada yang menolak untuk divaksin. Mereka dipicu oleh pendapat yang mengatakan bahwa berita tentang virus itu mengada-ada dan dilebih-lebihkan.
Mereka tidak percaya karena tidak bisa melihat virus secara kasat mata. Mereka ingin bukti secara langsung, dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera.
Bahkan ada yang bertanya, ”Apakah covid-19 itu benar-benar ada?” kata dr. Reisa Broto Asmoro, tim Gugus Tugas Covid dalam konperensi pers di BNPB.
Ada anggapan pula yang mengatakan bahwa tidak ada kematian karena covid-19.
“Harus diluruskan. Fakta-fakta kasus kematian karena covid-19 itu ada.” Kata dr. Agus Dwi Susanto, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Banyak orang tidak percaya kalau tidak ada buktinya. Orang harus melihat secara kasat mata, baru dia akan percaya. Kalau tidak, sulit untuk menyadarkannya.
Udara atau angin itu tidak bisa dilihat, tapi orang percaya bahwa ada udara. Kentut itu tidak terlihat tapi bisa menggegerkan banyak orang. Baunya tidak bisa kita lihat tetapi itu ada dan bisa bikin mual seluruh penumpang.
Selain angin/udara, bau, suara, rasa yang tak terlihat, ada juga bakteri, virus, mikro organisme lain yang tidak kasat mata.
Karena keterbatasan kita, sehingga tidak bisa melihat, namun semua itu ada.
Inilah kesulitan kita manusia modern yang selalu menuntut bukti nyata.
Begitu juga dengan kisah kebangkitan. Para murid masih tetap ragu-ragu ketika Yesus tiba-tiba hadir di tengah-tengah mereka.
Mereka menyangka melihat hantu. Maka Yesus menyapa mereka, “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hatimu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.”
Karena mereka belum percaya juga, Yesus makan ikan goreng di depan mereka.
Kalau Yesus minta bunga mawar, melati, kantil atau kemenyan itu bisa diragukan. Ini Dia minta ikan goreng dan makan di depan para murid-Nya!!
Yesus membuktikan bahwa Dia sungguh-sungguh hidup seperti mereka.
Pesan-Nya kepada kita adalah jangan pernah ragu. Percayalah bahwa Yesus hidup. Kendati tidak melihat namun percaya. Inilah iman yang sesungguhnya.
Sebagaimana para murid diajak memahami isi Kitab Suci yang menubuatkan tentang Yesus, kita pun bisa membaca Kitab Suci untuk memahami dan lebih mengenal siapa Yesus yang hidup, berkarya,mati di salib dan bangkit dengan mulia.
Pertanyaan reflektif: Di dunia sekitar kita ini ada banyak hal yang tidak kelihatan namun ada, dan itu kita terima. Apakah anda percaya kendati tidak melihat langsung Yesus yang bangkit?
Pergi ke Penajem lewat Sampit,
Mau melihat Ibu kota Negara.
Tuhan Yesus sungguh bangkit,
Kita tidak melihat namun percaya.
Cawas, aku percaya….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Apr 21, 2022 | Renungan
Teman Perjalanan
WAKTU tugas di Simpangdua, saya jarang turun ke Ketapang lewat Sukadana karena tidak hapal rute jalannya.
Baru dua kali saya melewati di situ. Itupun karena ditemani Romo Made dengan sepeda motor. Jalur ini memang lebih singkat dan dekat.
Saya masih hapal kalau melewati Stasi-stasi Bukang, Banjur, Otong, Merangin. Tetapi sudah tak tahu jalan selepas Lembawang, harus menyeberang pakai kelotok ke Mentaba, lanjut ke Melano, Sukadana, Siduk sampai Ketapang.
Saya lebih suka lewat jalur panjang; Simpangdua- Laur -Sandai –Tayap-Tembelina- Indotani-Pelang- Ketapang.
Jalur ini banyak tempat singgah untuk melepas lelah sambil minum kopi atau juice di Tayap. Kalau mau makan sate kambing ada warung di Sungai Rayak.
Perjalanan panjang itu sangat melelahkan. Kalau hujan banyak genangan berlumpur. Kalau kemarau dihadang oleh debu tebal.
Kalau ada teman dalam perjalanan, rasanya aman dan tenang. Kalau motor rusak, ban kempes atau kehabisan bensin, ada teman yang menolong. Capek dan penat hilang karena ada teman.
Kita bisa saling ngobrol dan menguatkan. Menempuh perjalanan jauh, berat dan melelahkan perlu ada teman. Kita bisa saling berbagi, menolong dan menghibur.
Itulah yang dialami dua murid yang mengadakan perjalanan pulang ke Emaus. Mereka membawa beban kekecewaan yang berat.
Harapan yang selama ini sangat tinggi, jatuh terpuruk sangat dalam. Kesedihan ditinggalkan sang idola atau yang dikasihi menjadi duka yang membekas. Mereka putus asa dan lunglai tak bersemangat. Di dalam Kitab Suci disebut muram, sedih dan lamban hati.
Namun tiba-tiba ada “teman” yang nimbrung dalam perjalanan. Yesus datang. Namun karena sedih dan kecewa yang tak terkira, mata hati mereka tak mampu mengenal-Nya.
Ia menguatkan mereka dengan menerangkan isi Kitab Suci. Bahwa semua itu harus terjadi untuk memenuhi nubuat para nabi. Perbincangan menjadi asyik.
Beban menjadi ringan, tak terasa. Tahu-tahu sudah mendekati kampung.
Mereka mengajak “teman” singgah karena hari sudah petang.
Terjadilah!! Ketika memecah roti untuk makan, mereka baru terbuka hatinya. Mereka melihat Yesus membagi roti. Mereka baru sadar bahwa “teman” perjalanan tadi adalah Tuhan sendiri.
Yesus hadir tanpa mereka sadari. Hati mereka berkobar-kobar. Perjumpaan yang mengubah; dari sedih jadi sukacita; dari lamban jadi semangat, muram jadi berkobar-kobar.
Pertanyaan reflektif: Apakah anda pernah mengalami ditemani Tuhan dalam peziarahan hidup yang sulit dan berat?
Melalui siapakah Tuhan hadir menemani anda? Bagaimana pengalaman itu mengubah hidup anda?
Berjemur diri di panas matahari,
Hanya dinaungi oleh daun-daun jati.
Sungguh bahagia punya teman sejati,
Selalu hadir meringankan beban di hati.
Cawas, Kaulah teman sejati…..
Rm. A. Joko Purwanto, Pr