Puncta 22.06.20 / Matius 7:1-5 / Menuding Orang Lain

 

TUHAN memberi kita anggota tubuh yang lengkap. Kita bisa belajar dari anggota-anggota tubuh kita. Tuhan menciptakan anggota tubuh sedemikian pasti ada maksud dan tujuannya.

Mengapa kita diberi mata dua, telinga dua, lubang hidung dua, tetapi hanya diberi mulut satu? Maksudnya adalah supaya kita lebih banyak melihat, mendengar namun sedikit berbicara.

Mulut kita itu bisa seperti pedang tajam. Luka di badan bisa cepat diobati. Tetapi luka oleh kata-kata yang menyakitkan itu susah sekali disembuhkan.

Ada pepatah mengatakan. “mulutmu harimaumu.” Hati-hati dengan perkataan kita, karena suatu saat bisa menerkam kita sendiri. Kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa merugikan diri kita sendiri.

Kita juga bisa belajar dari jari jemari kita. Setiap jari punya arti masing-masing. Jari telunjuk salah satunya untuk menunjuk, memerintah, menguasai, menghakimi.

Tetapi ingatlah ketika jari telunjuk mengarah kepada orang lain, jari-jari yang lain menunjuk diri kita sendiri. Itu berarti sebelum menghakimi atau menunjuk orang lain, lihatlah dirimu sendiri.

Yesus berkata dalam kotbah dibukit, “Janganlah menghakimi, supaya kalian tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang telah kalian pakai untuk menghakimi, kalian sendiri akan dihakimi.”

Yesus mengingatkan kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain. Di media sosial itu orang mudah sekali menghakimi, menghujat, memfitnah, menuduh, menghina, menjelek-jelekkan orang lain. Berhati-hatilah…..

Yesus berkata, “Ukuran yang kalian pakai untuk mengukur akan ditetapkan pada kalian sendiri.” Orang yang demikian mungkin merasa paling benar sendiri. Mereka tidak mampu melihat kebaikan dalam diri orang lain.

Selumbar di mata saudaramu engkau lihat, tetapi balok di matamu sendiri tidak engkau lihat. Ini mirip dengan pepatah, “Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tiada tampak.” Kekurangan orang lain sekecil apapun tampak jelas, tetapi kelemahan sendiri tidak terlihat.

Kita diundang untuk mawas diri dan mengukur diri kita sendiri sebelum kita menilai atau menghakimi orang lain.

Orangtua kita sering berkata, “Aja dumeh.” Jangan merasa sok. Sok pandai, sok kuasa, sok suci, sok benar, sok jagoan, sok hebat.

Tetapi belajarlah rendah hati, ”tepa selira, empan papan”. Tepa selira itu bisa mengukur diri sendiri. Empan papan itu bisa menempatkan diri dengan siapa dan dimana kita bergaul.

Senam Oneng di malam hari.
Kaki diangkat badan rebahkan diri.
Lebih baiklah orang yang rendah hati.
Tidak sombong dan merasa benar sendiri.

Cawas, selasa, kamis, sabtu…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Puncta 21.06.20 / Minggu Biasa XII / Matius 10:26-33 / Becik Ketitik Ala Ketara

 

YAMAWIDURA paman para Pandawa tahu ada tipu muslihat licik yang dirancang Sengkuni dan para Kurawa. Mereka mengundang Pandawa untuk berpesta di balai “golo-golo.”

Yamawidura mengingatkan kepada Puntadewa dengan bahasa sandi bahwa balai itu dirancang dengan bahan-bahan yang mudah terbakar. Ada niat jahat di balik undangan pesta bagi para Pandawa.

“Golo-golo” artinya diperindah, dihias sedemikian rupa biar tidak kelihatan keropos dalamnya. Sebagai ksatria, para Pandawa tetap hadir dalam perjamuan. Ketika para tamu sedang mabuk pesta, para Kurawa menyulut api sehingga balai itu terbakar habis.

Para Pandawa waspada. Mereka diselamatkan oleh “musang putih” yang membawa mereka ke Kahyangan Sapta Pertala. Niat jahat Kurawa diketahui. Mereka gagal memusnahkan Pandawa.

Pepatah “becik ketitik ala ketara” menjelaskan bahwa niat baik atau rencana jahat itu perlahan-lahan akan terbongkar dan diketahui orang. Tidak ada hal yang tersembunyi dan ditutup-tutupi.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Janganlah kamu takut kepada mereka yang memusuhimu, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.”

Pandawa bersikap ksatria dan tidak takut pada musuh yang punya niat jahat. Mereka percaya bahwa garis kehidupan itu hanya Tuhan yang menentukan. Mereka tetap waspada dan hati-hati.

Janganlah takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Kita mesti lebih takut kepada Tuhan daripada takut pada manusia. Tuhanlah yang berkuasa atas hidup kita. Bahkan rambut kepala pun sudah terhitung oleh-Nya.

Jika kita berjalan pada jalur kebenaran, kita tidak perlu takut. Mereka yang berniat jahat, menggali lubang untuk kita, akan terperosok sendiri ke dalamnya.

Perlahan-lahan, satu per satu niat jahat mereka akan terbongkar juga. Ada banyak pelajaran hidup di sekitar kita. Kita tidak perlu takut. Tuhan berpihak pada orang jujur dan benar.

Yesus mengajak kita untuk berani berjuang di jalan Allah. “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia akan Kuakui di depan Bapa-Ku yang di sorga.”

Seperti Kristus yang berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, begitu pun kita diajak untuk berada di jalur yang sama. Yesus mengajak kita untuk berani berjuang dan tidak takut terhadap siapa pun.

Sekecil apa pun niat kita, nanti akan diketahui pada akhirnya. Becik ketitik, ala ketara.

Ada pelangi di bola matamu.
Dan hujan pun turun di pagi hari.
Tuhan menyelenggarakan hidupmu.
Ia tidak membiarkan kita berjuang sendiri.

Cawas, tampah di pojok…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Misa Hari Raya Tri Tunggal Maha Kudus : Menyadari Kehadiran Allah Tri Tunggal dalam Kehidupan Sehari-hari

Pada Minggu (7/6) Gereja St. Maria Assumpta Babarsari mengadakan Misa Hari Raya Tri Tunggal Maha Kudus melalui live streaming YouTube. Misa ini dipimpin oleh Romo Robertus Tri Widodo, Pr dan Romo Iswahyudi, Pr. Melalu live streaming Youtube, Romo Iswahyudi yang akrab dipanggil Romo Is tersebut mengungkapkan dalam khotbahnya bahwa “tag line yang dimiliki oleh Gereja Maria Assumpta Babarsari, yaitu guyub, rukun, dan terlibat merupakan wujud dari Tri Tunggul Maha Kudus itu sendiri”.

Pada Hari Raya Tri Tunggal Maha Kudus, Tuhan Yesus bersabda “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya” (Yohanes 3:16-18). Romo Is mengatakan bahwa keselamatan yang dialami oleh manusia, tidak lepas dari besarnya cinta Tuhan kepada manusia. Hal tersebut diyakini, karena tidak ada keselamatan, selain keselamatan yang berasal dari Allah Tri Tunggal Maha Kudus.

Terdapat tiga info yang ingin disampaikan pada perayaan Tri Tunggal Maha Kudus, yang pertama Allah Hari Raya Tri Tunggal Maha Kudus merupakan bagian dari misteri iman kristiani. Allah yang Esa atau Allah yang Esa, Allah yang satu, menurut injil Yohanes juga merupakan simbol dari Allah yang dimiliki oleh firman dan roh. Info yang kedua, Allah Tri Tunggal Maha Kudus merupakan Allah yang menciptakan dunia dan seisinya. Info ketiga, gereja dalam sendi-sendi kehidupan, dipenuhi oleh Tri Tunggal Maha Kudus.  Allah Tri Tunggal Maha Kudus menjadi daya kekristenan.

Allah Tri Tunggal Maha Kudus, dapat disadari ketika kita mengalami keselamatan, semangat kehidupan menggereja, dan misteri iman kristiani yang dijalani dengan doa-doa harian yang membutuhkan iman sungguh-sungguh.

Puncta 20.06.20 / PW. Hati Tersuci Perawan Maria / Lukas 2:41-51 / Menyimpan Semua Perkara

 

IBUKU sering berbohong. Ketika anak-anaknya belum makan sampai kenyang, ia bilang tidak lapar, walau belum ada sesuap nasi pun masuk di perutnya.

Ia menunggu sampai anak-anaknya makan kenyang. Ia rela makan sisa-sisa dari semua anaknya. Walau bekerja sampai malam, ibu bilang tidak capek. Ia menunggui sampai anak-anaknya terlelap tidur semua. Bahkan kadang ia tidur hanya satu-dua jam, karena harus mengganti popok adik yang masih kecil.

Ketika aku ragu dan bimbang di jalan imamat, aku pulang ke rumah. Aku tidak berani bilang pada ibuku. Tetapi di tengah malam, ibuku berdoa tentang masalahku.

Aku bisa “nguping” karena rumah kami waktu itu berdinding bambu. Hati seorang ibu menembus hatiku yang gundah gulana. Karena dukungan doa ibu itu, pagi-pagi aku pamit langsung balik ke seminari lagi.

Hari ini Gereja memperingati hati tersuci Santa Perawan Maria. Hati seorang ibu hanya tertuju bagi keselamatan dan kebahagiaan anak-anaknya. Maria dan Yusuf pergi ke bait suci bersama Yesus yang masih berumur duabelas tahun.

Ketika mereka pulang, Yesus tertinggal di bait suci. “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau?”

Tidak ada seorang ibu yang tidak cemas, jika melihat kesusahan anaknya. Hal itu menunjukkan betapa kasihnya seorang ibu kepada puteranya. Setiap anak mempunyai persoalan masing-masing.

Hati seorang ibu tidak pernah lepas dari setiap kesusahan anak-anaknya. Ia mengikuti sejak awal kelahiran sampai akhirnya. Harapan dan doa-doanya dilambungkan untuk kebaikan anak-anaknya. Semua disimpan dalam hatinya yang luas bagai samudera.

Kendati Maria tidak mengerti semua maksud Allah dalam mengarungi jalan hidupnya, ia hanya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

Itulah ketaatan mutlak dalam menjawab kehendak Tuhan. Perkara-perkara yang tidak dimengerti disimpan dalam hatinya sendiri. Tidak semua perkara diobral atau diceritakan keluar.

Maria tidak suka bergosip ria. Ia menyimpan perkaranya dan hanya kepada Tuhan saja ia menumpahkan segalanya. Hening dalam doa. Berdialog berdua saja dengan Tuhan untuk semua perkara. Itu akan lebih menentramkan hati.

Mari kita meneladan hati Sang Perawan tersuci ini.

Berjemur di bawah sinar mentari.
Menikmati kicau burung merdu.
Bunda Maria, Perawan yang tersuci.
Doakanlah kami anak-anakmu.

Cawas, melangkah lagi….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Mensyukuri Peristiwa Iman yang Luar Biasa

Oleh: Giasinta Berlianti

Pada Minggu (14/6) Gereja St. Maria Assumpta Babarsari mengadakan Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus melalui live streaming YouTube. Misa ini dipimpin oleh Romo Robertus Tri Widodo, Pr. Romo yang akrab disapa dengan Romo Tri ini ketika homili mengungkapkan bahwa biasanya pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, anak-anak di Paroki Babarsari menerima komuni pertama. “Tetapi karena pandemi, penerimaan komuni pertama belum dapat dilaksanakan. Kita semua berharap supaya pandemi ini segera berakhir agar semua umat, bukan hanya yang menerima komuni pertama, dapat hadir untuk menyambut Tubuh Kristus,” ujarnya.

Pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Tuhan Yesus bersabda “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum daarah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yohanes 6:53-58). Romo Tri mengatakan bahwa jika kita mendengarkan kutipan injil tersebut, berarti kita diundang untuk makan dan minum darah-Nya. “Rasanya memang ngeri ya, kayak film horor. Tetapi, makna sesungguhnya adalah bagaimana kita semua memahami peristiwa ini sebagai iman yang luar biasa sebagai murid Kristus,” lanjut Romo Tri.

Ketika misa berlangsung, umat biasanya mempersembahkan uang, hasil bumi, dan lainnya untuk gereja. “Tetapi sebenarnya, seharusnya kita mempersembahkan semua, baik suka, duka, maupun pengharapan. Semua itu disatukan dengan kurban salib di altar-Nya yang kudus,” kata Romo Tri. Menurutnya, pada saat itulah terjadi peristiwa iman yang luar biasa. “Dalam konsekrasi, roti dan anggur yang dipersembahkan akan berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus,” lanjutnya. Peristiwa itu memberikan makna bagaimana korban Kristus dihadirkan ulang, supaya roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. “Roti itu sejatinya Tubuh Kristus sungguhan. Ketika minum anggur, karena konsekrasi itu berubah menjadi Darah Kristus,” tegas Romo Tri.

Romo Tri juga mengungkapkan bahwa setiap kita sebagai manusia disucikan dan mengalami keselamatan. Ekaristi menjadi perayaan keselamatan bagi setiap manusia yang percaya pada Kristus. “Maka, kita semua diundang untuk mensyukuri ekaristi yang bisa kita rayakan setiap hari, meskipun secara streaming atau virtual,” ujarnya. Menurutnya, setiap umat di masa pandemi pasti berharap bahwa meski secara virtual, esesnsi ekaristi tidak berkurang. “Tuhan memberikan kita kehidupan kekal, membangkitkan kita di akhir zaman, dan melindungi hidup kita,” tambah Romo Tri.

Sebagai manusia, kita semua diundang untuk menyadari pula bahwa ekaristi bukanlah makanan biasa. “Ekaristi adalah pengorbanan Kristus untuk mengalami keselamatan. Oleh karena itu, baiklah kita bersehati dengan Yesus,” ujar Romo Tri. Romo Tri mengatakan bahwa buah ekaristi sama dengan hidup baru. “Maka, aneh rasanya bila orang beriman tidak mau bersatu dengan gerejanya,” tambahnya. Terakhir, Romo Tri mengajak semua umat untuk merayakan ekaristi di masa pandemi ini dengan iman dan penuh rasa syukur.