Puncta 17.03.21 / Yohanes 5:17-30 / Mengikuti Jejak Sang Ayah

 

BUAH jatuh tidak jauh dari pohonnya. Pepatah ini mau mengatakan bahwa seorang anak tidak akan jauh-jauh sifat dan karakternya dari sang ayah. Kadang tidak hanya sifat atau karakter, tetapi pilihan profesi kadang juga mengikuti orangtuanya.

Kalau orangtuanya guru, anak-anaknya juga menjadi guru. Orangtuanya dokter, anak-anaknya tidak jauh dari urusan medis, entah jadi perawat atau apoteker atau penjual obat.

Dalam dunia sepakbola, kita bisa menemukan beberapa nama anak pemain bola. Misalnya Zinedine Zidane punya anak, Enzo Fernandes mengikuti jejaknya sebagai pemain bola. George Weah yang dulu berkibar di AC Milan, punya anak Timothy Weah yang bermain di Lille. Kini George Weah menjadi Presiden di Liberia. Entah nanti apakah Timothy juga mau jadi presiden.

Masih ada deretan nama-nama seperti Joe van der Sar mengikuti jejak ayahnya, Edwin van der Sar. Begitu juga Kasper Schmeichel mengikuti karier ayahnya, Peter Schmeichel.

Anehnya mereka mengikuti profesi ayahnya juga sebagai penjaga gawang, bukan striker atau bek tengah. Perilaku, teladan, contoh dari orangtua akan diikuti oleh anak-anaknya.

Yesus berkata, “Sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari Diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”

Yesus mau menegaskan bahwa Dia diutus oleh Bapa. Ia melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Apa yang dikerjakan-Nya adalah sungguh kehendak Bapa. Kuasa-Nya adalah kuasa Bapa. Pekerjaan-pekerjaan Yesus menunjukkan Allah Bapa berkuasa atas-Nya. Di dalam Yesus kita bisa melihat Bapa itu sendiri.

Jika kita percaya pada Yesus, kita percaya pada Bapa-Nya. Jika kita menghormati Yesus, kita juga menghormati Allah Bapa.

Yesus dan Bapa adalah satu. Di poin inilah Yesus dibenci orang-orang Yahudi. Ia dituduh menyamakan Diri dengan Allah. Mereka tidak mengenal istilah “Kacang mangsa ninggala lanjaran.”

Kalau kita ini disebut anak-anak Allah, kita diajak melaksanakan kehendak Allah. Hanya dengan melaksanakan karya Allah, kita akan diangkat menjadi anak-Nya. Kehendak Allah tiada lain adalah saling mengasihi.

Hari Jum’at makanan melimpah.
Perut melilit sedang berpuasa.
Dengan melaksanakan kehendak Allah,
Itulah tanda kita menjadi anak-Nya.

Cawas, jangan lupa bahagia….
Rm.Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 16.03.21 / Yohanes 5:1-16 / Suka Mencari Kambing Hitam

 

PARA siswa Sokalima diundang untuk ikut pendadaran. Mata lomba yang dipertandingkan adalah memanah. Putra Mahkota Hastina gagal mencapai sasaran. Panahnya menyimpang jauh dari yang diharapkan.. Ia kesal dan marah kepada Durna. Ia merajuk kepada gurunya. Ia malu dilihat seluruh rakyat; seorang Putra Mahkota gagal menjalankan tugas.

“Bapa Durna keliru, menempatkan arca burung di tempat yang salah.” Kata Kurupati menyalahkan gurunya. “Saya harus menang, entah bagaimana caranya. Tidak ada kata kalah bagi Suyudana. Guru goblok, tidak mengerti siapa muridnya.” Katanya dengan ketus sambil meninggalkan gelanggang.

Jika menghadapi kegagalan, orang mudah sekali mencari kambing hitam. Tidak mau mengakui kelemahan tetapi menyalahkan orang lain atau situasi di sekitarnya. Tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh.

Tumbuh iri hati jika orang lain berhasil. Yang dilakukan hanya menyalahkan dan menyalahkan.

Orang lumpuh di kolam Betesda itu sudah tigapuluh delapan tahun berbaring di sana. Ia terus gagal dan putus asa. Ia hanya bisa menyalahkan situasi di sekitarnya.

Ketika Yesus menawarkan kesembuhan, dengan gamang tanpa harapan ia berkata, “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; sementara aku sendiri menuju kolem itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”

Melihat kesusahan orang lumpuh itu, Yesus langsung berkata, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Ia mengangkat tilamnya dan sembuh.

Ia disalahkan karena mengangkat tilam pada hari Sabat. Sekali lagi ia tidak mau disalahkan. Kesalahan ditimpakan kepada Yesus. “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku; Angkatlah tilammu dan berjalanlah.”

Kita harus berani ambil tanggungjawab dan tidak menyalahkan orang lain. Yesus mengingatkan, “Engkau telah sembuh, jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”

Berhentilah mencari kambing hitam, atau menyalahkan orang lain. Lebih baik lagi kalau kita mau mengakui kelemahan sendiri dan berjuang untuk terus berbuat baik.

Duduk sendiri di tengah malam.
Melihat bulan yang masih kecil.
Suka mencari kambing hitam,
Adalah tanda kepribadian yang kerdil.

Cawas, ambilkan bulanku….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 15.03.21 / Yohanes 4: 43-54 / The Power Of Percaya

 

TURNE ke pedalaman biasanya dijemput pakai mobil dari PT. Alas Kusuma. Perjalanan pertama ke Stasi Tigal. Saya melayani misa, pengakuan dosa, kalau hari raya kadang ada baptisan juga.

Setelah stasi ini, hari berikutnya saya diantar menuju Stasi Beginci. Stasi ini adalah kampung Dayak di pedalaman. Semakin jauh masuk ke pelosok. Dari jalan logging masih harus masuk lewat jalan tanah yang buruk. Saya ditinggal karena mobil harus kembali ke camp.

Saya ngajarin menyanyi anak-anak, membaca Kitab Suci, dan diakhiri dengan perayaan ekaristi. Setelah ekaristi, diajak makan siang di rumah ketua umat. Saya kemudian diantar ke jalan besar oleh Pak Ismael dengan sepeda motor.

Saya ditinggal sendirian di pinggir jalan, menunggu jemputan menuju ke Camp Harjon yang jaraknya masih kira-kira 60 km. “Tuhan semoga Engkau utus orang baik menjemput saya.” Kalau tidak, bisa bermalam di tengah hutan.

Menanti dalam ketidak-pastian. Sendirian di pinggir jalan. Di sekitarnya hanya hutan. Kadang muncul dari semak-semak serombongan monyet menyeberang jalan. Kadang juga ada babi hutan. Sesekali ada motor para penambang emas liar lewat. Habis itu sunyi mencekam lagi.

Waktu berjalan sangat lambat. Sungguh saat itu saya hanya menanti mukjijat Tuhan. Semoga datang pertolongan. Rasa sepi, bosan, gundah menyerbu.

Tiga jam kemudian datang mobil dari Camp Tanjungasam. “Maaf Romo, jam 12,00 tadi mobil baru selesai diperbaiki di bengkel. Kami langsung disuruh kesini, antar Romo ke Harjon.”

Ya Tuhan, Engkau mengabulkan doa saya. Pada tengah hari yang terik, dalam kegundahan dan ketakutan tadi saya berdoa, semoga ada mobil jemputan datang.

Yesus mengabulkan permohonan seorang pegawai istana yang anaknya sakit, hampir mati. Orang itu memohon dengan sangat, “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, anakmu hidup.”

Orang itu pulang dan di tengah jalan dia diberitahu hamba-hambanya bahwa anaknya sembuh.

Pertolongan Tuhan tepat pada waktunya. Yang dibutuhkan adalah percaya. Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Tuhan akan bertindak pada saatnya.

Beranikah kita mempercayakan diri kepada-Nya?

Jamu pahit daun pepaya.
Perut buncit tanda bahagia.
Asal kita mau yakin dan percaya.
Tuhan akan bertindak pada waktunya.

Cawas, bulan merah jambu…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 14.03.21 / Minggu Prapaskah IV / Yohanes 3: 14-21

 

“Kunjungi Iraq, Paus Membawa Pesan Damai”

SEMINGGU yang lalu, dari tanggal 5-8 Maret 2021, Paus Fransiskus mengadakan lawatan yang penuh resiko ke Iraq, ketika pandemi masih berlangsung.

Bukan hanya bahaya pandemi, tetapi lebih daripada itu, bahaya perang masih berkecamuk di Iraq.

Kita semua tahu, Iraq dibuat porak poranda oleh peperangan. Derita dan kehancuran, kepiluan dan ketakutan, keputusasaan dan kegelapan menghantui masyarakat Iraq.

Banyak orang mengungsi keluar dari Iraq. Sekelompok kecil warga Kristen yang tinggal hidup dalam derita dan keputusasaan.

“Saya ingin melihat wajah-wajah mereka. Saya ingin mengunjungi mereka yang sudah lama mengharapkan kedatangan saya. Saya ingin menguatkan mereka” Demikian Paus menegaskan keinginannya. Paus ingin merajut damai dan harapan bagi seluruh warga Iraq.

Bukan hanya mengunjungi warga Kristen, Paus juga berjumpa dengan pemimpin besar umat Muslim di Iraq, Ayatollah Sayyid Ali al-Sistani, pemimpin Syiah Iraq. Paus membawa pesan damai dan persaudaraan bagi semua insan di bumi.

“Kita semua adalah saudara.” Itulah tema kunjungan Paus ke Iraq. Paus juga berdoa bersama lintas agama bagi perdamaian dan ketentraman rakyat Iraq. Paus datang membawa terang dan harapan.

Yesus bersabda, “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia…..Barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan demi Allah.”

Paus datang ke Iraq membawa misi perdamaian. Ia ingin membawa terang, agar bangsa yang tercabik-cabik oleh permusuhan dan peperangan mengalami damai dan pengampunan.

Perang dan permusuhan hanya menghancurkan dan membawa kegelapan. Damai dan kasih pengampunan membawa terang dan menyelamatkan.

Demikian pun Yesus datang ke dunia membawa keselamatan. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

Kalau pemimpin kita, Paus datang membawa damai, sebagaimana Kristus datang tidak untuk menghakimi, maka kita pun harus mau menjadi duta damai bagi siapa pun juga.

Damai akan membawa kehidupan, tetapi perang akan membawa kematian.

Ke warung beli nasi goreng petai.
Lebih enak daripada mie ayam.
Mari kita menyebarkan damai.
Agar dunia makin aman tentram.

Cawas, hati gembira adalah obat….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 13.03.21 / Lukas 18: 9-14 / Cheng Yang Arogan

 

DRE PARKER bersama ibunya pindah dari Detroit ke Beijing. Tidak mudah menyesuaikan diri di tempat yang baru. Dre sering dibully oleh Cheng dan teman-temannya. Cheng adalah anak yang angkuh dan nakal. Dia pandai bermain kungfu. Ia merasa paling hebat dan jagoan.

Ia menghajar Dre sampai babak belur. Untung Dre ditolong oleh Mr. Han, yang ahli kungfu. Sejak saat itu Dre berlatih kungfu dengan Mr. Han di rumahnya.

Cheng dan gengnya melapor ke Mr. Li pelatihnya. Mr. Li yang kejam tidak terima anak latihnya dikalahkan oleh Mr. Han. Ia menantang untuk bertanding di turnamen tahunan.

Mr. Han mengajak Dre untuk melihat kungfu yang sesungguhnya di biara Shaolin. Dre melihat aneka macam jurus kungfu di sana.

Turnamen dimulai. Dengan brutal Cheng mengalahkan lawan-lawannya. Wajah sombong dan merendahkan nampak dari tatapan matanya. Dengan langkah tegak dan dada membusung, dia meninggalkan lawannya yang terkapar. Akhirnya final terjadi antara Cheng dan Dre.

Mr. Li menasehatkan kepada Cheng untuk tidak memberi ampun lawan. Ketika kedudukan draw, Mr. Li dengan licik dan arogan berkata kepada Cheng, “Tidak ada ampun.”

Dengan tertatih-tatih karena cidera kaki, Dre naik ke panggung. Cheng penuh kesombongan mengincar kelemahan Dre.

Dre teringat jurus ular kobra menari saat berlatih di biara. Ia berkonsentrasi dengan satu kaki dan kepala terfokus mengendalikan perhatian Cheng. Tanpa sadar Cheng terhipnotis oleh gerakan kepala Dre.

Ketika Cheng maju menyerang, Dre membuat loncatan salto backslip menghantam wajah Cheng. Anak yang sombong itu jatuh terjerembab tak bisa berdiri.

Yesus berkata kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar, “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”

Ia memberi contoh dua orang yang berdoa di Bait Allah. Orang Farisi itu menyombongkan dirinya di hadapan Allah. Ia merasa berjasa dengan berpuasa dan memberi persepuluhan. Ia merasa paling suci dibanding orang lain.

Sedang pemungut cukai itu merasa tidak pantas dan menyalahkan dirinya di hadapan Tuhan. Ia merasa berdosa. Ia merendahkan diri dan berdiri jauh-jauh.

Yesus mengajarkan kepada kita untuk tidak menyombongkan diri, melainkan berani merendahkan diri dan menghormati sesama manusia.

Di hadapan Tuhan, kita tidak punya jasa apa-apa. Jika kita mau merendahkan diri, kita justru akan dihargai.

Singgah dulu di kota Gombong.
Naik kereta ke Tasikmalaya.
Jadi orang jangan sombong.
Suatu saat akan kena batunya.

Cawas, kala malam tiada bintang….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr