Puncta 08.04.21 / Kamis Oktaf Paskah / Lukas 24: 35-48

 

“Lama Sekaligus Baru”

SEBUAH pesan messenger masuk di HP saya, “Happy Easter Romo” Saya jawab singkat, “Happy Easter juga.” Lalu mulai nyambung dialog, “Romo masih ingat saya?” Waduh pertanyaan sulit ini, “Siapa ya?” Jawabnya, “Saya misdinarnya romo dulu?”

Saya pancing-pancing supaya bisa mengingatnya. “Kamu tinggal dimana?” Jawabnya, “Ketapang romo, Paroki Simpang Dua.” Saya masih belum familier dengan foto profilnya. Lalu dia menambahi, “Dulu kita suka merujak sama-sama di pastoran, romo. Latihan misdinar, latihan menari untuk ngisi acara pesta juga”.

Ia menjelaskan panjang lebar untuk meyakinkan. Dia juga menyebut nama teman-temannya. Ada Celsi, Yasna, Deli, Sherly, Villye, Susanti, Stevi, Selvia dan Mesi. Setelah menunjukkan foto-foto zaman dulu saya baru teringat dan mengenalinya.

Ada yang baru tetapi ada juga yang tak berubah, yakni senyum di bibirnya.

Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya setelah bangkit dari mati. Para murid ketakutan. Mereka mengira melihat hantu.

Yesus meyakinkan mereka. “Lihatlah, tangan dan kaki-Ku. Aku sendirilah ini.” Dia menunjukkan bahwa Diri-Nya masih seperti yang dulu.

Bahkan Dia meminta sepotong ikan goreng untuk dimakan di depan mata mereka. Ada yang lama tetapi juga ada hal yang baru.

Yang baru adalah Yesus membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti isi Kitab Suci dan percaya. Bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati.

Yang juga baru adalah mereka kini diangkat menjadi saksi atas semua peristiwa hidup Yesus. “Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”

Saksi untuk apa? Untuk memberitakan pertobatan dan pengampunan dosa kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.

Ya, Yesus itu tetap sama sekaligus baru. Ia wafat tetapi bangkit dari mati. Ia hidup secara baru.

Para murid yang sama tetapi kini punya panggilan hidup yang baru. Mereka yang dulu nelayan, dipanggil menjadi murid-Nya, kemudian sekarang murid yang sama ini diutus secara baru menjadi saksi-saksi kebangkitan-Nya.

Kita juga diutus menjadi pewarta kabar kebangkitan oleh Yesus yang sama. Kita juga diperbaharui oleh pembaptisan untuk menjadi saksi-Nya. Sudah siapkah kita?

Matahari bersinar terang.
Menikmati teh poci di pinggir sawah.
Ikut Yesus pasti hati senang.
Hidup jadi gembira dunia jadi indah.

Cawas, teh poci gula batu….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 05.04.21 / Senin Oktaf Paskah / Matius 28: 8-15

 

“Berita Bohong Atau Hoax”

PADA masa pandemi ini, pemerintah gencar menanggulangi penyebaran virus covid19. Pemberian vaksinasi dikejar agar mencapai target yang diharapkan. Namun di tengah-tengah usaha serius itu, ada saja berita-berita miring, atau berita bohong disebar oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Mereka menyebarkan disinformasi atau informasi yang salah untuk menyesatkan warga. Sebagian lagi membuat misinformasi atau berita yang dipelintir kebenarannya agar masyarakat menjadi bingung dan tidak percaya kepada pemerintah.

Satgas Covid19 mencatat ada 135 berita hoak dibuat, bahkan oleh situs-situs resmi. Tujuannya jelas untuk menggagalkan usaha pemerintah menangani pandemi ini.

Contoh adanya disinformasi misalnya; diberitakan ada jenis minuman atau obat rempah yang bisa mengatasi virus corona.

Berita yang dipelintir misalnya, Presiden Jokowi tidak disuntik vaksin tetapi hanya vitamin, atau vaksin yang disuntikkan berbeda dengan yang diberikan kepada masyarakat.

Berita hoaks seperti itu dibuat oleh orang yang tidak bertanggungjawab dan bertujuan agar masyarakat tidak percaya.

Bacaan hari ini berbicara tentang berita kebangkitan Yesus yang dipelintir oleh para imam kepala.

Perempuan-perempuan pergi dari kubur untuk memberitakan kepada para murid. Di tengah jalan Yesus menjumpai mereka. Mereka mendekati, memeluk kaki-Nya dan menyembah-Nya.

Mereka diberi pesan agar murid-murid-Nya pergi ke Galilea, dan di sana mereka akan berjumpa dengan Yesus.

Tetapi para penjaga makam pergi kepada imam-imam kepala. Sesudah mereka berunding dengan kaum tua-tua, dan menyuap para serdadu, mereka berkata, “Kamu harus mengatakan bahwa murid-murid Yesus datang malam-malam dan mencuri jenasah-Nya ketika kamu sedang tidur.”

Cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang.

Ada konspirasi membuat berita bohong. Ada serdadu, para imam kepala, kaum tua-tua bangsa Yahudi. Di dalamnya juga ada modal untuk suap menyuap.

Mereka berusaha menghalangi kebenaran bahwa Yesus bangkit.

Rencana Allah tidak bisa digagalkan oleh usaha manusia, apalagi dengan tindakan unfair atau kebohongan.

Pada akhirnya akan terkuak mereka yang melakukan kebohongan. Satu demi satu kasus kebohongan itu akan terbongkar.

Ya Tuhan, semoga aku tidak membuat berita-berita bohong yang bisa menyusahkan dan menghancurkan orang lain.

Ke pasar membeli bubur.
Lethok pedas nikmat dicampur.
Lebih baik hidup jujur.
Hati tentram damai dan makmur.

Cawas, tetap bahagia…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 04.04.21 / HR. Kebangkitan Tuhan / Yohanes 20: 1-9

 

“Melihat Dan Percaya”

SERING saya berpikir secara negatif. Kalau melihat anak muda, gagah, sehat ngamen di perempatan jalan, terbersit di benak saya pikiran jelek, anak ini malas, gak mau kerja keras.

Sama halnya kalau melihat ibu atau bapak bawa “kemucing” atau sulak menghampiri mobil-mobil di dekat lampu trafik, lalu minta uang.Saya sering berpikir negatif dulu. Saya hanya melihat dari permukaan atau penampilan saja.

Saya tidak mengenal lebih dalam, masuk ke kehidupan mereka. Saya tidak tahu dalam-dalamnya. Bisa jadi kesimpulan saya itu keliru.

Bacaan Paskah ini dimulai dari kisah Maria Magdalena. Ia datang ke kubur. Waktu itu hari masih gelap, segelap hati Maria yang kehilangan orang yang dikasihinya.

Ketika hati gelap, maka yang nampak hanya yang kelihatan, permukaan saja. Yang dilihat hanya kubur Yesus yang kosong. Ketika pintu batu sudah terguling, pikiran spontan yang muncul mayat Yesus dicuri atau diambil orang.

“Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya dan kami tidak tahu dimana Ia diletakkan.”

Iman itu membutuhkan proses. Tidak serta merta langsung percaya bahwa Yesus bangkit.

Petrus dan murid yang lain tidak serta merta percaya laporan Maria. Mereka berlari menuju makam.

Murid yang dikasihi Yesus itu lebih cepat sampai. Tetapi dia tidak masuk. Mungkin dia hening dan menimbang-nimbang. Memang orang yang dikasihi itu biasanya akan lebih cepat memahami, mengerti dan menemukan sesuatu.

Beda dengan Maria, karena hatinya diliputi kegelapan, kesedihan, ia keliru membuat kesimpulan.

Murid yang dikasihi tadi “nata ati” dulu, ia tidak masuk, berhenti untuk menimbang-nimbang perkara. Bisa jadi juga, ia menghormati Petrus yang dituakan.

Lalu murid yang tadi di luar, ikut masuk bersama Petrus. Ia telah hening dan jernih melihat apa yang ada di dalam.

Ketika kita masuk di ruang yang gelap, pertama yang muncul adalah ketakutan, kepekatan. Tetapi lama-lama kita akan terbiasa dan kemudian bisa melihat apa yang ada di dalam dengan lebih jelas.

Murid yang dikasihi Yesus itu tidak hanya melihat kubur yang kosong, kain kafan dan kain peluh yang sudah tertata rapi. Tetapi kemudian ia percaya bahwa apa yang pernah dikatakan Yesus sekarang menjadi nyata.

Ia diterangi Kitab Suci yang mengatakan bahwa Yesus harus bangkit dari mati.

Iman itu berproses, bahkan harus siap memasuki pengalaman yang gelap sekali pun.

Seperti murid yang dikasihi itu, ia harus masuk dan melihat kubur yang gelap, supaya ia dengan hati yang jernih menemukan Tuhan yang bangkit, lalu menjadi percaya.

Santo Yohanes dari Salib punya pengalaman “malam gelap” dalam doa. Seperti murid yang dikasihi itu berani masuk di kubur yang gelap, dan ia menemukan Tuhan yang bangkit.

Di dalam pengalaman gelap pun, Tuhan tetap hadir dan menyertai. Kebangkitan Tuhan itu bisa kita alami kalau kita mau melihat dan percaya. Maukah kita diproses supaya iman kita kuat?

Jalan-jalan ke Yogyakarta.
Singgah sebentar beli bakpia.
Selamat Paskah untuk anda semua.
Mari bersorak alleluia alleluia.

Cawas, bangkit dan semangat lagi….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 03.04.21 / Vigilli Paskah / Markus 16:1-8

 

“Jangan Takut”

DALAM kunjungannya ke Manado baru baru ini untuk mengecek vaksinasi, Kapolri, Jendral Listyo Sigit Prabowo mengatakan agar masyarakat Manado tidak takut dan terprovokasi dengan kejadian bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar pada Minggu Palma kemarin.

“Saya berharap masyarakat Manado tidak takut untuk menjalani ibadah Paskah, untuk masalah keamanan TNI Polri selalu siap untuk menjaga ketertiban umat Kristiani Sulut,” kata Kapolri.

Pada saat yang hampir bersamaan, Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo juga mengatakan hal yang sama kepada umat Katolik. “Enggak usah takut apa apa. Mari kita datang beribadah seperti biasa, dengan rasa aman,” kata beliau di Gereja Katedral Jakarta, Kamis (1/4).

Para teroris itu mau mengembangkan budaya kematian. Mereka menebar ketakutan. Mereka tidak mencintai kehidupan.

Seruan Kapolri dan Bapa Uskup itu seiring dengan pesan malaikat yang menjumpai Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome saat mereka menuju kubur Yesus.

“Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nasaret, yang disalibkan itu.Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! inilah tempat mereka membaringkan Dia.”

Budaya kematian bisa dipahami sebagai apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, melanggar keutuhan pribadi manusia, dan apa pun yang melukai martabat manusia.

Budaya kematian ini, dalam konsekuensinya yang paling tegas, mencoreng peradaban manusiawi dan bertentangan dengan kemuliaan Sang Pencipta.

Sebab, nilai hidup manusia tak lagi dihargai, dijatuhkan sampai titik nadir, dan Tuhan sebagai pemilik hak hidup manusia seolah dinafikan begitu saja.

Pesan malaikat yang mengatakan bahwa Ia telah bangkit, menunjukkan Yesus yang menang atas kematian.

Oleh karena itu kita tidak perlu takut untuk memperjuangkan kehidupan. Hidup itu sangat berharga. Maka harus terus menerus diperjuangkan.

Membela kehidupan berarti kita berada di rel yang sama dengan Allah Sang Pencipta Hidup.

Membela hidup berarti juga siap mewartakan kabar sukacita. Gembira menjalani hidup dan tidak terkungkung oleh ketakutan.

Ketakutan membuat para wanita itu tidak mewartakan apa-apa. Mereka dicengkeram oleh ketakutan sehingga tidak berbuat apa-apa.

Mari kita bersukacita karena Tuhan telah bangkit. Ia hidup dan mengatasi kematian.

Mari kita wartakan pesan Paskah, “Jangan takut teman….. Jangan takut bro….Jangan takut sobat…..Jangan takut Pak…. Jangan takut mak….

Gunung Merapi di utara Jogja.
Dari jauh sangat mempesona.
Tuhan telah bangkit mulia.
Jangan takut, ayo bersukacita.

Cawas, Selamat Paskah bagi anda sekeluarga….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 02.04.21 / Hari Jum’at Agung / Yohanes 18: 1 – 19: 42

 

“Album Kematian”

KEBANYAKAN orang memasang atau menaruh album perkawinan, ulang tahun, wisuda atau pelantikan atau kesuksesan yang lain di ruang tamu.

Album kesedihan, duka dan kehilangan biasanya disembunyikan. Sedikit orang yang memamerkan album atau foto-toto sedang berduka atau bersedih.

Tetapi apakah kita menyadari, sebagai orang Katolik, album kematianlah yang sering kita pasang di kamar, atas pintu atau ruang-ruang publik?

Bukankah salib yang kita pasang atau kita pakai itu adalah album kematian? Ya, kematian Yesus kita tunjukkan kemana-mana dan kepada semua orang.

Sebuah lagu yang dinyanyikan pada Jum’at Agung adalah, ”Kita harus bangga akan salib Tuhan kita, Yesus Kristus.”

Ya, salib Tuhan kita Yesus Kristus itulah album kematian yang justru kita banggakan. Mengapa? Karena dengan salib Yesus itulah kita diselamatkan.

Hari ini seluruh umat Kristiani mengenangkan wafat Kristus di salib. Salib yang bagi dunia dianggap kebodohan, namun bagi kita yang diselamatkan, salib adalah kekuatan dan rahmat Allah.

Makanya kita bangga akan salib Yesus. Jalan salib Yesus menjadi jalan kita juga. Dengan memanggul salib, kita boleh menjadi murid-Nya.

Itulah mengapa selama masa Prapaskah ini kita berdevosi jalan salib setiap hari Jum’at dan pada hari ini, Jum’at Agung, puncak devosi ini kita satukan dengan sengsara, penderitaan dan wafat Yesus di salib.

Kematian Yesus memberi point penting bagi kita. Dalam kematian, Allah tidak meninggalkan kita, justru kita bersatu dengan-Nya. Oleh kematian kita diingatkan untuk makin berbuat banyak kebaikan.

Kita semakin menghargai hidup agar lebih berguna bagi orang lain. Seperti kata Imam Besar Kayafas, pengorbanan Yesus untuk menyelamatkan seluruh bangsa, berguna bagi umat manusia.

Anda tidak akan dikecewakan ketika anda mengakui salib Yesus sebagai jalan keselamatan. Kita harus bangga akan salib Tuhan kita, Yesus Kristus.

Jalan-jalan ke kota Kudus.
Jangan lupa mampir beli lunpia.
Kita bangga akan salib Kristus.
Mari kita ikut memanggulnya.

Cawas, Jangan lupa bahagia….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr